Peningkatan jasa konstruksi terkendala SDM

id konstruksi, perusahaan jasa konstruksi indonesia

Peningkatan jasa konstruksi terkendala SDM

Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional Daerah Sumatera Selatan Eddy Ganefo (FOTO Antarasumsel.com/Dolly)

....Perusahaan konstruksi swasta nasional Indonesia mampu bersaing di dunia internasional dengan mendapatkan proyek bergengsi di beberapa negara Timur Tengah....
Palembang (ANTARA Sumsel) - Sumber Daya Manusia yang belum standar menjadi salah satu kendala peningkatan kualitas jasa konstruksi Indonesia, mengingat jumlah tenaga kerja berketerampilan dan berkemampuan khusus masih terbatas.

"Untuk bidang tertentu Indonesia masih bergantung dengan tenaga kerja asing, khususnya pekerjaan yang mengharuskan sertifikasi. Ini penyebab jasa konstruksi dalam negeri tidak dapat berkerja sendiri dalam menangani suatu proyek besar," kata Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional Daerah Sumatera Selatan Eddy Ganefo di Palembang, Senin.

Hal itu dikemukakan Eddy, usai menghadiri Seminar Nasional Jasa Konstruksi Lembaga Pengembangan Jasa Kontruksi Nasional (LPJKN) dengan tema "Peluang Pengembang Perumahan Menindaklanjuti Perpres Nomor 70 tahun 2012" di Palembang.

Ia mengemukakan, jasa konstruksi Indonesia mengalami kesulitan mengingat hanya 50 persen tenaga kerja yang memiliki sertifikat keahlian. Selebihnya, hanya mengandalkan kepandaian yang diperoleh secara informal atau formal.

Namun, keadaan berbeda justru terjadi di luar negeri.

Perusahaan konstruksi swasta nasional Indonesia mampu bersaing di dunia internasional dengan mendapatkan proyek bergengsi di beberapa negara Timur Tengah.

Pekerjaan itu dapat dilakukan mengingat kontraktor Indonesia dapat memanfaatkan tenaga kerja asing bersertifikat internasional.

"Jangan heran jika kontraktor Indonesia terkenal di luar negari seperti membangun jalan ton di Dubai, monorel di Tripoli, hingga gedung pencakar langit di Arab Saudi, karena memang memiliki kualitas serta kredibilitas sebagai perusahaan," ujarnya.

Sementara, di dalam negeri kerap terkendala oleh regulasi, hingga persaingan yang tidak sehat, seperti kecurangan dalam proses tender.

Sejumlah pengusaha dalam negeri rentan melakukan penyalahgunaan seperti menggunakan "uang pelicin" sehingga persaingan tidak sehat berjalan dalam dunia usaha itu.

Sementara, terkait permodalan, menurutnya perusahaan konstruksi Indonesia sudah mapan karena dibantu kredit perbankan.

"Khusus pekerjaan dalam negeri hampir dikuasai oleh kontraktor nasional, meski sejumlah pekerjaan dimenangkan kontraktor asing. Tapi tidak banyak," katanya.(Dolly)