Kisah sedih korban Aceh Tengah

id gempa, gempa aceh, kisah sedih gempa aceh, korban gempa aceh

Kisah sedih korban Aceh Tengah

Sejumlah warga menangis menyususl gempa bumi di desa Lampahan, Bener Meriah, Aceh, Selasa (2/7). Gempa 6,2 skala rihter mengakibat puluhan rumah rusak dan ratusan korban luka-luka. (FOTO ANTARA/Syahrol Rizal)

....Saya hanya bisa berdoa, agar musibah ini ada hikmahnya....
Sulaiman Ali (48), warga Desa Blang Mancung Tengah, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, tidak menyangka kalau rumah permanen yang dibangun dengan hasil keringatnya hancur lebur hanya dalam waktu tidak sampai satu menit.

Rumah yang dibangun dari hasil kerjanya hampir 20 tahun itu rata dengan tanah, akibat gempa tektonik berkekuatan 6,2 skala Richter, pada Selasa (2/7), pukul 14.37 WIB.

Pada waktu itu, Sulaiman sedang bekerja di industri pengolahan gula merah di belakang rumahnya yang berjarak sekitar 50 meter. Tiba-tiba terjadi gempa kuat yang lamanya sekitar 30 detik.

Setelah goncangan gempa berhenti, Sulaiman langsung pulang dan ternyata dirinya sangat terkejut, karena melihat rumahnya sudah roboh dengan rata.

"Saya hanya bisa berdoa, agar musibah ini ada hikmahnya," kata Sulaiman lirih.

Kisah sedih seperti Sulaiman Ali juga dirasakan warga lainnya di desa-desa tetangganya, seperti Pondok Balek, Selun, Blang Mancung Atas, Blang Mancung Barat, Blang Mancung Bawah, Sabun, Desa Ratawali.

Kecamatan Ketol merupakan daerah yang paling parah terkena musibah gempa, karena hampir 90 persen rumah penduduk rusak parah dan tidak bisa ditempati lagi.

Bupati Aceh Tengah Nasaruddin mengatakan, dari beberapa desa di Kecamatan Ketol, ada dua desa yang kondisinya sangat parah, yakni Desa Bah dan Serempah.

Sebagian wilayah di dua desa yang berada di lereng bukit, amblas dan longsor menutupi sungai. Dari lahan yang longsor tersebut terdapat pemukiman penduduk dan ada korban jiwa.

Hingga Jumat (5/7) baru lima mayat yang semuanya anak-anak ditemukan, yakni di Desa Bah empat orang dan Desa Serempah baru satu orang.

Bupati menyatakan, warga yang masih ada di dua desa itu akan direlokasi, karena daerah itu sudah tidak layak lagi jadi pemukiman.

"Kami menilai titik terparah dampak gempa yakni Desa Serempah tidak lagi layak untuk menjadi tempat tinggal penduduk," katanya.

Camat Ketol M Saleh juga mengatakan bahwa Serempah dan Bah adalah kawasan terparah mengalami kerusakan setelah diguncang gempa.

Jumlah korban meninggal di dua kabupaten berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 35 orang, 8 hilang, 275 orang luka-luka, 4.292 rumah rusak, dan 83 bangunan fasilitas umum rusak.

Dari 35 orang meninggal tersebut, 9 di antaranya di Bener Meriah dan 26 orang di Aceh Tengah.

    
                             Bantuan Mengalir
Bantuan dari berbagai pihak untuk korban gempa terus mengalir, sehingga bisa mengurangi beban warga yang terkena musibah.

"Alhamdulillah, bantuan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta terus mengalir, sehingga persiaan bahan makanan cukup untuk korban gempa," kata Camat Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, M Saleh saat ditemui di Desa Blang Mancung Tengah, Kamis.

Bantuan dari Pemerintah berasal dari Dinas Sosial, sedangkan swasta seperti Pertamina Aceh, Indofood, dan ada juga dari partai politik.

Saleh menyatakan, bantuan tersebut diperkirakan akan terus bertambah, termasuk dari masyarakat, karena korban gempa yang melanda Kecamatan Ketol sangat parah.

Sementara itu, persediaan air bersih juga cukup, karena dibantu oleh TNI dengan menyediakan mobil tanki, dan juga kesehatan.

Pertamina Aceh selain memberikan bantuan makanan berupa beras, gula, minyak goreng, mie instan, roti, susu, tikar, dan selimut senilai hampir Rp100 juta serta menyediakan pelayanan kesehatan.

"Kami membantu bahan makanan dan pelayanan kesehatan. Bantuan ini untuk meringankan beban korban gempa," kata Manajer Marketing PT Pertamina Aceh Arie Wibowo.

Bantuan tersebut nantinya akan didistribusikan oleh relawan Senkom Mitra Polri kepada korban gempa di lokasi kejadian.

Arie menyatakan, bantuan tersebut selain dari Pertamina juga dari kalangan dealer bahan bakar minyak dan LPG dari Banda Aceh.

Ia berharap, bantuan tersebut bisa bermanfaat bagi para korban gempa yang tersebar di desa-desa.

"Kami percayakan kepada relawan Senkom Mitra Polri untuk membantu mendistribusikan bantuan tersebut sampai kepada korban," ujarnya.

Menyinggung persediaan BBM di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, ia menyatakan hingga saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah yang berhawa dingin itu.

"Kami juga memberi bantuan LPG dan minyak tanah untuk kegiatan dapur umum di lokasi pengungsian dan posko bencana," kata Arie yang didampingi Manager CRS Pertamina Raka.

Arie menyatakan, selain bantuan pangan, Pertamina juga membuka pos kesehatan di Desa Blang Mancung Barat, Kecamatan Ketol, Kabupaten Bener Meriah.

Pada pos itu, terdapat dokter dan perawat, serta obat-obatan. "Kita sengaja memilih Desa Blang Mancung Barat, karena daerah tersebut merupakan lokasi terparah terkena dampak gempa, sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk mendapat pelayanan kesehatan," ujarnya.

Selain itu, BKKBN Aceh juga menyerahkan bantuan melalui Senkom Mitra Polri berupa 1.000 lembar. "KIta akan segera salurkan kepada korban, karena selama ini mereka tidur di luar rumah," kata relawan Ridwan.

                                      Pencarian korban
Tim relawan sepertinya tidak mengenal lelah untuk terus mencari korban yang tertimbun longsor. Tim relawan yang terdiri dari anggota TNI/Polri, Basarnas dan relawan lainnya seperti dari Sentra Komunikasi Mitra Polri, pada Jumat (5/7) menemukan satu mayat anak-anak di Desa Serempah.

Mayat yang diketahui bernama Lilis (11) ditemukan dalam posisi berdiri di balik batu pada pinggir Sungai Bah. Longsoran tanah menutup hingga ke keningnya. Sedangkan tangan kanannya terangkat ke atas. Tangannya itulah yang terlihat oleh seorang anggota TNI Batalion Infanteri 114/SM, lalu mencoba menggali tubuh korban.

Meski berada di pinggir sungai, tapi proses evakuasi korban memakan waktu satu jam lebih karena sulitnya medan. Apalagi saat tim berada di bidang landai ngarai itu tiba-tiba terjadi dua kali gempa, namun tidak menyebabkan lereng ngarai runtuh.

Evakuasi itu disaksikan langsung oleh Kapolda Aceh Irjen Pol Herman Effendi yang turun ke lokasi menggunakan tali sejauh 15 meter. Total tinggi tebing hingga ke Desa Bah yang berada di bagian landai ngarai itu mencapai 100 meter.

Dengan ditemukannya satu mayat itu, berarti tinggal tujuh korban lagi yang masih dicari di bawah puing-puing rumah Desa Serempah yang luluh lantak ditimbun material longsor.

Alhariri, relawan Senkom Mitra Polri mengatakan, pencarian akan dilanjutkan Sabtu (6/7), karena masih ada korban.

Disebutkan, pencarian tersebut akan dibantu dengan anjing pelacak, sehingga untuk memudahkan tim relawan. (H011)