Penjual telok ukan marak di HUT RI

id telok, telok ukan

Penjual telok ukan marak di HUT RI

Penjual telok ukan marak di HUT Kemerdekaan RI di Palembang (Foto Antarasumsel.com/13/Feny Seli)

Palembang (ANTARA SUmsel) - Penjual makanan khas tujuhbelasan telok ukan marak pada perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-68 di Kota Palembang, Sabtu.

Telok Ukan sendiri merupakan hidangan khas Palembang yang hanya bisa ditemui menjelang dan saat perayaan HUT RI 17 Agustus setiap tahunnya.

Hidangan khas Kota Palembang yang terbuat dari telur bebek dicampur dengan perasan air pandan dan garam, kemudian dimasukkan kembali ke cangkang telur itu memang selalu dicari peminatnya kala musimnya tiba.

Tempat penjual telok ukan yang mudah ditemui adalah seputaran Jalan Merdeka dan Kantor Walikota. Di kawasan tersebut  para penjual telok ukan berderet dan beradu peruntungan menjual makanan ringan itu.

Salah satu penjual yang ramai di Jalan Merdeka adalah Mariam. Nenek berusia 62 tahun ini mengaku sudah tiga puluh tahun lebih berjualan telok ukan tiap tujuhbelasan di kawasan itu.

"Memang tiap tahun biasa jualan dan ramai," ujar dia.

Dalam sehari nenek Maryam mampu menjual ratusan telok ukan seharga Rp4.000 per butir.

"Pembeli biasanya memborong minimal sepuluh bahkan lebih karena hanya bisa ditemui setahun sekali," ungkap nenek yang mengaku belajar membuat telok ukan dari mertuanya itu.

Tradisi telok ukan sendiri diakuinya sebagai tradisi yang cukup tua, karena dirinya sudah berumur setengah abad lebih juga mengenal tradisi itu sejak masih anak-anak.

Untuk membuat telok ukan diakuinya memang sulit sulit gampang, hrus hati-hati seperti merawat bayi, katanya.

Hal tersebut dikarenakan cangkang telur bebek harus utuh, meski isinya dikeluarkan agar dapat digunakan lagi untuk menampung adonan telur dan pandan sekaligus pelapis saat dikukus.

Saat mengukus telok ukan juga harus memperhatikan beberapa hal seperti untuk tidak lupa menutup ujung cangkang dengan gabus dan waktu pengukusan.

"Kalau terlalu lama telurnya bisa mengembang dan merusak cangkang wadahnya," jelas dia.

Selain berjualan telok ukan, nenek Maryam juga menawarkan pendamping untuk menyantap telok Ukan, yaitu ketan bakar dan ketan kukus.

Ketan bakar sendiri dibungkus daun pisang dan dibakar dengan cara dijepit pada bambu. Ketan bakar sendiri dihargai Rp3.500 perbuahnya atau bisa dibeli dengan harga Rp10.000 per tiga bungkus.

Menurut dia, bisa dibayangkan lembut wanginya telok Ukan berpadu dengan gurihnya ketan bakar akan menghasilkan sensasi rasa yang patut dicoba kala musimnya tiba.