BKKBN optimistis peserta KB beralih ke MKJP

id bkkbn, ka bkkbn sumsel

BKKBN optimistis peserta KB beralih ke MKJP

Sri Rahayu (Foto Antarasumsel.com/13/Feny Selly)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sumatera Selatan optimistis pengguna alat kontrasepsi jenis pil dan suntik akan beralih menggunakan implant dan Intra Uterine Device (spiral), menyusul hasil positif dalam beberapa bulan terakhir.

"Sosialisasi yang dilakukan dalam setahun terakhir cukup efektif dan saat ini tren di masyarakat sudah sedikit bergeser dari kebiasaan menggunakan pil atau suntik menjadi ke metode kontrasepsi jangka panjang dengan menggunakan implat atau IUD," kata Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Selatan Sri Rahayu di Palembang, Senin.

Ia mengemukakan, perubahan prilaku masyarakat itu berkat sosialisasi yang gencar dilakukan para petugas lapangan KB, bidan, dan petugas medis dari instansi kesehatan pemerintah maupun swasta bekerja sama dengan Satuan Perangkat Kerja Daerah KB di 15 kabupaten/kota se-Sumsel.

"Metode yang dijalankan oleh petugas lapangan KB saat ini yakni mengalihkan, jadi para pengguna kontrasepsi diajak secara persuasif untuk beralih menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)," ujarnya.

Ia menambahkan, para aseptor KB itu diberikan pemahaman bahwa MKJP lebih aman, efektif, dan efisien karena memiliki rentan waktu yang lama yakni untuk bisa bertahan selama tiga tahun dan IUD masa 10 tahun.

Sehingga, secara kesehatan akan lebih aman, mengingat tubuh aseptor tidak dimasukkan zat antibiotik secara periodik seperti saat menggunakan kontrasepsi KB jenis pil atau suntik.

"Penggunaan pil dan suntik kerap menimbulkan efek samping bagi pemakai, keadaan ini berbeda dengan IUD dan implant karena memasukkan sejenis alat ke tubuh aseptor. Selain itu, penggunaan pil dan suntik rentan sekali karena jika lupa maka bisa "kebobolan"," ujarnya.

BKKBN Sumatera Selatan bertekad melepaskan predikat "ratu suntik" di Indonesia, menyusul dominannya penggunaan alat kontrasepsi jenis suntikan dibandingkan implant dan Intra Uterine Device atau spiral.

"Sumsel bertekad lepas dari julukan ratu suntik dan hal ini telah menjadi kesepakatan bersama para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Keluarga Berencana di 15 kabupaten/kota. Sejauh ini sudah ada perubahan paradigma di masyarakat meski belum begitu signifikan," katanya.

Sementara ini, Sumsel memiliki 2.265 orang bidan berstatus pegawai pemerintah yang diharapkan mempromosikan pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang untuk mengejar target keseimbangan jumlah penduduk tahun 2015.

Pada tahun 2013, pihaknya menargetkan kenaikan hingga 15 persen penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang itu, setelah mencatat sebanyak 10.710 orang melakukan pemasangan IUD dan 37.870 orang memakai implant pada 2012.

Menurutnya, program Kependudukan dan Keluarga Berencana belum berjalan dengan semestinya berdasarkan hasil Survey Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012, mengingat terjadi peningkatan jumlah total angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR).

Angka TFR tercatat 2,6 per wanita usia subur (dalam 10 wanita usia subur terdapat 26 anak yang terlahirkan) atau menyamai catatan SDKI 2007 (stagnasi).