Dinas Pariwisata OKU sosialisasi sadar wisata

id pariwisata, sosialisasi sadar wisata

Dinas Pariwisata OKU sosialisasi sadar wisata

Dinas Pariwisata OKU gelar sosialisasi sadar wisata di Baturaja, Rabu (Foto Antarasumsel.com/14/E Permana)

Baturaja (ANTARA Sumsel) - Pemkab Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan melalui Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata setempat menggelar sosialisasi sadar wisata sapta pesona di Baturaja, Rabu.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Aufa Sarkomi di dampingi Kepala Tata Usaha UPTD Musium Si Pahit Lidah, Riswan Dinata mengatakan bahwa sosialisasi tersebut diikuti sebanyak 72 peserta di wilayah itu.

Dikatakannya, jumlah tersebut terdiri atas utusan dari tujuh desa masing-masing Desa Tungku Jaya, Tanjung Kurung, Ulak Lebar, Padang Bindu, Gunung Kuripan, Padang Bindu dan Desa Laya serta satu lagi dari Saka Pariwisata setempat yang menjadi potensi wisata di wilayah itu.

"Sosialisasi ini bertujuan agar para pemandu wisata di OKU mendapatkan pengetahuan guna memajukan objek wisata di daerah itu," kata Aufa.

Dikatakannya, para pemandu wisatawan tersebut, harus menguasai keberadaan dan kondisi objek dan potensi wisata yang terdapat di OKU, sehingga dapat mengenalkan kepada sejumlah wisatawan berkunjung di wilayah itu.

"Selain itu juga harus mampu menunjukan sikap ramah tamah memberikan senyum kepada setiap tamu yang datang, melayani kebutuhan tamu agar puas serta dapat mengembangkan potensi wisata di OKU," katanya.

Dikemukakannya, di Kabupaten OKU masih banyak terdapat potensi objek wisata belum tergali, salah satunya adalah rumah adat Ulu di Desa Banjar Sari sebanyak empat unit, Pengaringan dua unit, Singapura lima unit, Padang Bindu tiga unit masing-masing ditempati oleh warga yang terpantau oleh pihaknya.

"Kalau rumah adat Ulu ditempati warga berbeda dengan rumah adat Limas di Sumsel ditempati oleh pejabat," kata Riswan menambahkan.

Namun, kata dia, rumah adat Ulu terancam punah dan diprediksi hanya dapat bertahan selama sepuluh tahun kemudian.

"Kami kesulitan mencari bahan baku jadi kemungkinan akan punah 10 tahun kedepan. Selain itu, terkendala dana karena program kita belum mengarah ke sana," ujarnya.

Untuk itu, pihaknya mengupayakan untuk melestarikan peninggalan nenek moyang dengan menyampaikan permasalahan tersebut ke pemerintah Provinsi Sumsel.

"Pada 1992 terdapat rumah adat Ulu milik Pak Kedum dipindahkan di Museum Balaputra Dewa Palembang dan sekarang masih berdiri kokoh," ungkapnya.

Ia menambahkan, keunikan rumah adat Ulu ialah selain tiang rumah di atas batu, juga tahan gempa dan papan bangunan tidak menggunakan paku serta bisa dipindah-pindahkan lokasi berdirinya rumah.