Lukisan Risma-Nyonya Lisa meriahkan pameran "javanesi@art3"

id pameran lukisan Javanesi@rt#3, lukisan, pameran

Surabaya (ANTARA Sumsel) - Lukisan berjudul "Pahlawan Kota Pahlawan" tentang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan lukisan "Nyonya Lisa" tentang perempuan Jawa bergaya Monalisa memeriahkan pameran lukisan bertema "Javanesi@rt#3" di Galeri Seni "House of Sampoerna" Surabaya, 24 April-18 Mei.

"Pameran yang digelar dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan akan berakhir di Bali itu memang bertema Jawa, tapi pelukisnya bebas berkreasi, apakah budaya, orang, atau alam lingkungan," kata Ketua Komunitas Perupa Jawa Timur (Koperjati) Muit Arsa di sela-sela persiapan pembukaan pameran itu di Surabaya, Kamis.

Dalam pameran lukisan yang melibatkan 38 pelukis dengan 38 lukisan dalam berbagai corak itu, Risma digambarkan pelukis Asep Nugraha dalam sebuah bingkai foto pada sebuah dinding yang di sekelilingnya ada tikus-tikus yang bergerak pada bagian atas, bawah, kanan, dan kiri.

"Saya sendiri melukis tentang Nyonya Lisa yang berfoto dengan gaya Monalisa tapi mengenakan kebaya dan bersanggul. "Itu plesetan saya bahwa perempuan Jawa sudah tergerus dengan budaya asing, karena bergaya kebarat-baratan, padahal budaya kita lebih apik," kata Muit.

Lain lagi lukisan Mbah Gimbal yang menggambarkan Gunungan Wayang yang bentuknya abstrak untuk menunjukkan wayang juga terancam pudar. Lukisan lain tentang "classic playing" atau permainan kuno anak-anak tentang pesawat terbang atau mobil dari kayu yang sudah hilang akibat sejumlah batang kayu roboh dan berserakan dimana-mana.

Sementara itu, pelukis H Nurcholis melukis tentang "Kuliner Jawa" yang digambarkan dengan maraknya kedai modern seperti KFC, AW, McD, dan sebagainya tapi makanan yang tertulis di sana adalah Rawon, Soto, Nasi Goreng, Ayam Goreng, dan sebagainya yang hanya tinggal nama tapi tidak ada kedai yang dimaksud.

Ada pula pelukis asal Sidoarjo bernama Bangun Asmoro yang melukis "Seng Mbaurekso" dengan cerita mengenai tradisi kenduri pada masyarakat Jawa secara turun temurun yang kadang dilakukan di dekat pohon yang angker sebagai bentuk permohonan restu kepada pemilik jagat raya.

Selain Muit, Asep Nugraha, Mbah Gimbal, H Nurcholis, dan Bangus Asmoro, pelukis lain yang memamerkan karya antara lain Hadi Koco, Amat Mulyono, Andie Aradhea, Andi Prayitno, Anggik S, Aris Darmawan, Bagus Mpu B, Budi Sulaiman, Buggy, Daniel DQ, Djagat Ngadianto, Dodik Hartono, Eddy Kuas, Fadhil F, Gunawan Januarta, Jansen Jassin, Mpu Harrys, Nining, Kak Herry, Misgeiyanto, Zaynal AM, dan sebagainya.

"Meski pameran kami merupakan pameran keliling, tapi 80 persen lukisan yang dipamerkan pada setiap kota adalah baru, karena sebagian lukisan memang sudah laku, tapi ada juga pelukis yang memang menyerahkan lukisan berbeda pada setiap kota untuk menggambarkan apresiasi yang berbeda pada kota yang ditempati pameran," katanya.

Dalam acara pembukaan pameran lukisan itu, pelukis Mbah Gimbal dan Welldo Wnophringgo (Bali) menampilkan "performance art" dalam bentuk melukis dengan mata tertutup.

"Pameran lukisan memang merupakan kegiatan tahunan dari Koperjati yang berdiri sejak tahun 2004, namun anggotanya sudah tersebar ke berbagai kota di Tanah Air dan tetap peduli pada setiap kegiatan Koperjati dimana pun," katanya.