Dokter Yanti jadi Kartini yang kaya manfaat

id Dr Prihartini Widiyanti kartini kaya manfaat

Dokter Yanti jadi Kartini yang kaya manfaat

Dr Prihartini Widiyanti, drg, S.Bio, M.Kes, CCD (FOTO ANTARA)

Ketika wanita diberi hak setara dengan pria, yang menjadi masalah adalah bagaimana tugas wanita di dalam rumah tangga saat ia juga sibuk bekerja di luar.

Tentu tidak mudah menjadi seorang wanita karir yang juga sukses mengurus keluarga dan contoh tentang profil seorang Kartini masa kini yang patut diteladani juga ada.

"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain," demikian prinsip dokter Yanti, sapaan akrab Dr Prihartini Widiyanti, drg, S.Bio, M.Kes, CCD.

Ibu dua anak ini, Tarissa Diandra Putri Wibowo (11) dan Revanda Adista Cyrilla Wibowo (6,5), menjalankan berbagai peran untuk merealisasikan prinsipnya tersebut.

Dengan mengemban tugas sebagai dosen di Prodi S1 Teknobiomedik FST UA, manajer riset bidang produk kebijakan Institute of Tropical Disease (ITD) UA, dokter gigi dan peneliti, ia ingin menebar manfaat dimana pun ia berada.

Suami yang bertugas sebagai dokter bedah di luar kota pun mengharuskan dokter Yanti menjadi orang tua tunggal. Mengasuh anak adalah hal wajib bagi setiap ibu.

Dalam mengasuh anak, mantan staf Hiperbarik Oksigen (HBO) di Lembaga Kesehatan Kelautan (LAKESLA) dan dokter gigi di Poli Gigi dan Mulut RSAL Dr Ramelan Surabaya ini mengutamakan pendidikan agama, sebab moral adalah pondasi bagi anak.

Kesibukan di luar, tidak mengurangi kualitas pengasuhan anak pasangan dokter ini. Setiap selesai jamaah shalat maghrib, dokter Yanti meminta anaknya membaca beberapa ayat Al Quran dan terjemahannya sekaligus mengkajinya.

"Agar mereka tidak terjerumus ke jalan yang salah, Al-Quran harus selalu dibaca, dihayati dan diamalkan," ungkapnya.

Tak jarang anak-anak protes ketika mamanya jarang di rumah, misalnya sedang bertugas ke luar kota, luar negeri atau mendapatkan  undangan Academic Dinner terkait tugasnya.

"Mama sibuk banget, kerja terus," tirunya. Menjelaskan kepada mereka tidak bisa langsung, namun harus dikemas dengan bahasa dan pendekatan yang baik agar mereka tidak kecewa," ucapnya.

Kepada sang buah hati, ia menyatakan, "Mama bekerja untuk kalian dan diniatkan ibadah. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk sesama. Bekerja adalah cara mama memberikan manfaat kepada orang lain".

Waktu liburan, biasanya digunakan wanita yang pernah menjadi educational consultant, redaktur kesehatan Tabloid Nyata dan Bunda tahun 1999-2003 ini mengajak anak-anaknya jalan-jalan. Ke mall, toko buku atau tempat rekreasi.

Suka Edukasi
Lulus dari FKG tahun 1999, dokter Yanti melanjutkan ke jenjang S2 Ilmu Kedokteran Dasar Unair bidang Kedokteran Hiperbarik, lalu melanjutkan program doktor Ilmu Kedokteran di Unair dan Charite University of Clinics- Humboldt University, Berlin, Jerman.

Ia lulus pada tahun 2006 di usia 28 tahun sebagai doktor termuda. Menjadi dosen adalah kebahagiaan tersendiri bagi dokter Yanti, karena bisa berbagi ilmu dan bertemu dengan anak-anak yang cemerlang.

Kesuksesannya mengedukasi dibuktikan dengan prestasi yang ditorehkan anak bimbingnya, di antaranya adalah Juara III LKTI 1st Indonesian Public Health Student Summit 2011 dengan judul Pengembangan Teknologi Kesehatan Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Kesehatan Berkelanjutan.

Anak didiknya juga meraih Medali Emas Kategori PKMT Presentasi dalam PIMNAS XXIV di Makassar tahun 2011 dengan judul Test Hematokrit Digital (THD) Alat Pendeteksi Pasien Demam Berdarah, meraih Medali Emas Kategori PKMP untuk Presentasi.

Selain itu, meraih Medali Perak untuk Poster dalam PIMNAS XXVI di Mataram tahun 2013 dengan judul Nanofiber PLGA (Poly Lactic co Glicolic Acid) dengan Coating Kitosan Sebagai Kandidat Pembuluh Darah, Juara 1 PIM Unair "Sleematic (Sleeping Mask Automatic) : Pengatur Waktu dan Kualitas Tidur Berbasis Stimulasi Gelombang Otak".

Ada juga yang menjadi juara 1 Lomba Pameran Karya Cipta Peringatan 1 Abad Pendidikan Dokter Universitas Airlangga dengan judul Fetal "Doppler Modified Sebagai Sistem Monitoring dan Analisis Sinyal untuk Mendeteksi Kelainan Jantung Pada Janin".

Dr Yanti juga memberikan dukungan terhadap semua kegiatan yang berbau ilmiah maupun sosial yang dicetuskan anak didiknya. Salah satunya adalah memberikan dukungan terhadap kegiatan SCOLAH UNAIR MENGAJAR yang digagas oleh mantan mahasiswa Teknobiomedik 2009, Royan Dawud A.

Selain membimbing mahasiswa, dokter gigi ini juga rutin melakukan edukasi kepada siswa TK Hang Tuah Surabaya setiap tahun tentang kesehatan gigi, atau penyuluhan perawatan gigi melalui cara memilih sikat gigi dan cara sikat gigi yang benar yang dilakukan pada tahun 2013.

Ilmu kedokteran hiperbarik juga ia manfaatkan untuk memberikan penyuluhan kepada komunitas diving di Surabaya, aktif di PKHI (Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia) dan International Society of Clinical Densitometry.

Sebagai sivitas akademika, dokter Yanti juga aktif melakukan pengabdian masyarakat rutin tiap tahun yang dilakukan bersama rekan-rekan se-departemen di FST, di antaranya Pelatihan Penggunaan Peralatan Terapi Akupunktur dan Lokakarya Instrumentasi Medis dan Perkembangan Teknologi Kedokteran di Puskesmas Batu.

Selain itu, Pelatihan Penggunaan Peralatan Medis untuk Menunjang Proses Pembelajaran Fisika di MAN Rengel Tuban, serta Pendayagunaan Peralatan Instrumentasi Medis Stimulator dan Laser Punktur He-Ne untuk Peningkatan Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 2 Jombang.

Sebagai peneliti, dokter Yanti juga cukup produktif melakukan penelitian untuk mengembangkan obat anti-HIV, diagnostik kit, dan material medis.

Sebagai seorang guru dan pendidik tentunya akan sangat bahagia ketika anak didiknya bisa mencapai kesuksesan. Hal itu disampaikan penerima beasiswa DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst) tahun 2004 itu saat mendengar dua mahasiswa bimbingannya berhasil diterima dalam program beasiswa Erasmus Mundus, yaitu Aditya Iman Rizqi (2013) di Czech Technical University Ceko dan Zahrina Mardina (2014) di Ghent-VUB, Belgia.

"Saya bersyukur, anak-anak didik saya bisa meraih cita-citanya. Suatu kebanggaan dan kepuasan yang tak dapat ditukar dengan apapun. Itu sekaligus menjadi tantangan bagi saya dalam mendidik anak-anak saya sendiri. Bagaimana agar anak-anak bisa berhasil seperti mereka," pungkasnya.