Nama Ternate bagi sebagian besar warga Kota Palembang, khususnya
penduduk asli yang bergelar raden, raden ayu, kemas, mas agus, mas ayu,
nyimas dan kiagus, agaknya tak asing lagi.
Keterkaitan historis antara Palembang dan ibukota Provinsi Maluku
Utara itu sudah terpatri cukup lama, sejak seorang pahlawan nasional
dari Sumsel dibuang oleh kolonial Belanda ke Ternate pada masa
penjajahan tempo dulu.
Untuk menelusuri jejak sang pahlawan dimaksud, butuh waktu sekitar
4,5 jam dengan menumpang pesawat terbang dari Palembang ke Kota
Ternate.
Berangkat menuju Ternate dari Palembang mesti transit lebih
dahulu di Jakarta. Penerbangan langsung ke pulau penghasil rempah-rempah
tersebut hanya sekali dari Jakarta per hari. Berangkat pukul 01.40 WIB
langsung dari Bandara Soekarno Hatta tiba di Bandara Sultan Babullah,
Ternate, pukul 07.30 WIT.
Perjalanan dari Jakarta ke Ternate membutuhkan waktu sekitar 3.5 jam dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia.
Sebelum mendarat ke Bandara Sultan Babullah Ternate, sekitar 15
menit pesawat komersial yang melayani penerbangan ke Indonesia Timur
tersebut mesti berputar.
Tampak di bawah hamparan hutan perawan yang sama sekali terlihat keasliannya
Perjalanan ke Ternate, baru-baru ini, menjadi salah rangkaian
memperingati hari jadi Kota Palembang ke 1.331, kata Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Palembang Yanuarpan.
Rombongan yang dipimpin Wali Kota Palembang Romi Herton, menurut
dia berziarah ke makam Susuhunan Machmud Badaruddin II di pekuburan
Islam Ternate.
Menelusuri jejak pahlawan nasional asal Kota Palembang, Susuhunan
Machmud Badaruddin II merupakan upaya meluruskan fakta sejarah yang
selama ini cenderung simpang siur.
Bertepatan dengan rangkaian hari jadi Kota Pempek, pihaknya
mulai menghimpun secara bertahap keturunan atau zuriat Kesultanan
Palembang Darussalam, katanya.
Ternate menjadi tempat pengasingan bagi keluarga Kesultanan
Palembang Darussalam karena dinilai melawan terhadap penjajah Belanda.
Berdasarkan informasi yang secara turun temurun disampaikan,
Sultan Machmud Badaruddin II yang sebelum wafat menyerahkan tahta
kerajaan kepada anaknya Sultan Ahmad Najamudin Pangeran Ratu.
Karena itu, beliau tidak lagi mendapat gelar sultan tetapi
susuhunan atau purnawirawan sultan, kata Raden Rachmad Mas Agus, zuriat
Kesultanan Palembang Darussalam.
Ia menjelaskan, nama asli Susuhunan Machmud Badaruddin II adalah Raden Hasan Putra Bin Sultan Muhammad Bahaudin.
Beliau lahir di Palembang pada 1 rajab 1181 H atau 1767 Masehi dan diasingkan ke Ternate, tahun 1821, ujarnya.
Susuhunan Machmud Badaruddin II dinobatkan menjadi Sultan Kesultanan Palembang Darussalam pada 4 April 1803.
Selanjutnya, Rachmad menambahkan, susuhunan yang telah
menyerahkan tahta kepada anaknya Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Putra
pada 26 November 1852 meninggal dunia.
Akhirnya, melalui Keppres RI Nomor 063/TK/1984 29 Oktober 1984 dia ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Kunjungan ke makam Susuhunan Machmud Badaruddin II di pekuburan
Islam, menjadi kegiatan utama bagi rombongan Pemkot Palembang yang
dipimpin Wali Kota Romi Herton ketika berkunjung ke Ternate, untuk
berziarah dan berdoa ke makam pahlawan nasional asal kota pempek.
Zuriat Kesultanan Palembang Darussalam yang selama ini
terpisah-pisah di Kepulauan Maluku, Rabu malam berkumpul di Ternate
dengan difasilitasi Wali Kota Palembang Romi Herton.
"Kami sangat berterima kasih kepada wali kota dan seluruh jajaran
Pemkot Palembang yang memfasilitasi silaturahmi karena ini baru yang
pertama kali," kata Raden Rachmad Mas Agus, di Ternate.
Dia menjelaskan, malam ini baru sedikit yang berkumpul. Namun,
pihaknya sangat mengapresiasi Pemkot Palembang telah menghimpun zuriat
kesultanan yang selama ini tidak saling kenal.
Pertemuan ini, kata Rachmad, berhasil meningkatkan silaturahmi zuriat Kesultanan Palembang Darussalam.
"Kami keturunan Susuhunan Sultan Mahmud Badaruddin II yang
dibuang Belanda tahun 1821 ke Ternate dan selama ini banyak belum saling
mengenal," katanya.
Di kompleks pemakaman Susuhunan Machmud Badaruddin II, yang
berbentuk kubah utama juga terdapat kuburan istri sang purnawirawan
Sultan Palembang tersebut yaitu Ratu Sepuh Asma yang tepat berada di
sisi kiri makam pahlawan yang dikenal tidak pernah kompromis dengan
penjajah sehingga dibuang ke Ternate.
Selain itu, di sebelah kanan makam juga terdapat kuburan sang
guru, Syahid Umar bin Muhammad Assegaf yang mengajarkan susuhunan ilmu
agama termasuk berhasil mendorong sang pahlawan nasional hafizd Quran.
Di luar kubah utama terdapat kuburan Sultan Ahmad Najamudin
Pangeran Ratu sebagai sultan terakhir dan belasan pengikut Kesultanan
Palembang Darussalam yang dimakamkan di Kampung Makassar Ternate, Maluku
Utara.
Makam Kesultanan Palembang Darussalam tersebut telah menjadi
cagar budaya Kota Ternate sebanding dengan peninggalan lain, seperti
benteng dan objek wisata lainnya.
Pertemuan zuriat dengan pejabat di lingkungan pemkot di Ternate
menjadi babak baru untuk mendorong pengungkapan fakta sejarah pahlawan
nasional asli wong plembanh itu.
Mudah-mudahan kegiatan ini akan berlanjut dan mau meningkatkan
eksistensi zuriat Kesultanan Palembang Darussalam, tambah Rachmad.
Mayoritas Zuriat Miskin
Adalah Raden Rachmad Mas Agus (39) zuriat Kesultanan Palembang
Darussalam mengatakan pihaknya selama ini kesulitan menghimpun keluarga
besar pahlawan nasional itu.
Meskipun belum mendata secara pasti berapa banyak zuriat
Kesultanan Palembang Darussalam, tetapi mayoritas atau 90 persen dari
mereka dalam kondisi perekonomian yang miskin, katanya.
Selain miskin, zuriat juga tersebar dengan bermukim di Pulau Sulawesi dan kepulauan kecil lainnya di Maluku.
Akibatnya, sampai kini mereka mayoritas belum pernah merasakan
pulang kampung ke Palembang. "Jangankan buat ongkos ke Palembang, untuk
makan sehari-hari pun mereka masih banyak yang kesusahan," kata lelaki
berperawakan besar dan bekerja di Pemprov Maluku Utara itu.
Kehadiran Wali Kota Palembang Romi Herton ke Ternate tentunya menjadi ajang untuk menghimpun semua saudara yang tersebar.
Namun, memang baru sebatas zuriat yang bermukim di Ternate,
padahal keturunan Kesultanan Palembang Darussalam tersebar, seperti di
Halmahera, Tondano dan Menado serta Ambon.
"Saya bahkan menyisir saudara-saudara untuk ikut bertemu dengan wali kota yang telah menyiapkan silaturahmi," katanya.
Hasilnya, terkumpullah puluhan orang keluarga keturunan zuriat
Kesultanan Palembang Darussalam yang selama ini tidak diketahui.
Sementara Wali Kota Palembang Romi Herton mengatakan menelusuri
jejak pahlawan nasional tersebut tentunya bukan hanya sebatas
memeriahkan hari jadi kota pempek, tetapi untuk mengungkap jejak langkah
dan sepak terjang Susuhunan Machmud Badaruddin II, katanya.
Selama ini, belum ada penelitian yang akhirnya mengungkap fakta
yang disampaikan dalam sebuah buku, untuk tokoh pejuang kemerdekaan itu.
"Kami akan melanjutkan penelitian terkait dengan Kesultanan
Palembang Darussalam di Ternate dan daerah-daerah lain di Sulawesi dan
Maluku," ujarnya.
Penelitian sejarah itu menjadi wujud penghargaan sebesar-besarnya kepada pahlawan bangsa.
Penelitian akan dilakukan dengan melibatkan ahli-ahli sejarah dan tokoh masyarakat yang berkompeten.
Tahap awal pihaknya akan mengalokasi dana sebesar Rp200 juta untuk renovasi pemakaman pahlawan nasional itu.
Selanjutnya, jika dibutuhkan akan dianggarkan lagi sehingga makam
Susuhunan Mahmud Badaruddin II akan lebih baik dan menarik kunjungan
wisatawan berwisata religi, katanya.
Saat ini, kondisi makam tersebut cenderung belum representatif untuk dikunjungi, dan karena itu perlu perbaikan.
Renovasi makam menjadi salah satu upaya melestarikan cagar budaya
bagi warga Kota Ternate tersebut selain tentunya merupakan kewajiban
pemkot untuk mengurus peninggalan bersejarah meskipun tidak di
Palembang.
Dia menjelaskan, mudah-mudahan setelah direnovasi makam pahlawan
nasional beserta keluarganya akan menjadi lokasi wisata religi yang
lebih menarik bagi wisatawan.
Selain memperbaiki makam dan lingkungannya, pihaknya juga meminta
penambahan nama-nama dengan huruf latin karena sampai kini masih
menggunakan tulisan Arab, ujarnya.
Sementara juru kunci makam Susuhunan Mahmud Badaruddin II, Lutfi
mengatakan di makam utama tersebut terdapat tiga kuburan yaitu Susuhan
Mahmud Badaruddin II dan guru agamanya, Assegaf.
Selain itu, di luar juga terdapat makam-makan anak dan pengikut
pahlawan nasional yang dibuang ke Ternate pada tahun 1821 itu, katanya.
Dia menjelaskan, pekuburan Islam tersebut berada di wilayah
kampung Makassar dan dirinya bertugas menjadi juru kunci makam Susuhunan
Mahmud Badaruddin II.
Saat ini, dia mengakui berstatus sebagai pegawai negeri sipil di
Ternate yang dikhususkan menjadi juru kunci makam yang berada di tengah
pemakaman umum tersebut.
Menelusuri jejak pahlawan nasional asal Sumsel
....Wali Kota Palembang Romi Herton mengatakan menelusuri jejak pahlawan nasional tentunya bukan hanya sebatas memeriahkan hari jadi kota pempek, tetapi untuk mengungkap jejak langkah dan sepak terjang Susuhunan Machmud Badaruddin II....