Menelusuri jejak pahlawan nasional asal Sumsel

id romi, wali kota palembang

Menelusuri jejak pahlawan nasional asal Sumsel

Ziarah ke Makam Pahlawan Nasional Susuhunan Machmud Badaruddin II Di Ternate, Maluku Utara. (Foto Antarasumsel.com/14/Nila Fuadi)

....Wali Kota Palembang Romi Herton mengatakan menelusuri jejak pahlawan nasional tentunya bukan hanya sebatas memeriahkan hari jadi kota pempek, tetapi untuk mengungkap jejak langkah dan sepak terjang Susuhunan Machmud Badaruddin II....
Nama Ternate bagi sebagian besar warga Kota Palembang, khususnya penduduk asli yang bergelar raden, raden ayu, kemas, mas agus, mas ayu, nyimas dan kiagus, agaknya tak asing lagi.

Keterkaitan historis antara Palembang dan ibukota Provinsi Maluku Utara itu sudah terpatri cukup lama, sejak seorang pahlawan nasional dari Sumsel dibuang oleh kolonial Belanda ke Ternate pada masa penjajahan tempo dulu.

Untuk menelusuri jejak sang pahlawan dimaksud, butuh waktu sekitar 4,5 jam dengan menumpang pesawat terbang dari Palembang ke Kota Ternate.

Berangkat menuju Ternate dari Palembang mesti transit lebih dahulu di Jakarta. Penerbangan langsung ke pulau penghasil rempah-rempah tersebut hanya sekali dari Jakarta per hari. Berangkat pukul 01.40 WIB langsung dari Bandara Soekarno Hatta tiba di Bandara Sultan Babullah, Ternate, pukul 07.30 WIT.

Perjalanan dari Jakarta ke Ternate membutuhkan waktu sekitar 3.5 jam dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia.

Sebelum mendarat ke Bandara Sultan Babullah Ternate, sekitar 15 menit pesawat komersial yang melayani penerbangan ke Indonesia Timur tersebut mesti berputar.

Tampak di bawah hamparan hutan perawan yang sama sekali terlihat keasliannya

Perjalanan ke Ternate, baru-baru ini, menjadi salah rangkaian memperingati hari jadi Kota Palembang ke 1.331, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Palembang Yanuarpan.

Rombongan yang dipimpin Wali Kota Palembang Romi Herton, menurut dia berziarah ke makam Susuhunan Machmud Badaruddin II di pekuburan Islam Ternate.

Menelusuri jejak pahlawan nasional asal Kota Palembang, Susuhunan Machmud Badaruddin II merupakan upaya meluruskan fakta sejarah yang selama ini cenderung simpang siur.

Bertepatan dengan rangkaian hari jadi Kota Pempek, pihaknya mulai menghimpun secara bertahap keturunan atau zuriat Kesultanan Palembang Darussalam, katanya.

Ternate menjadi tempat pengasingan bagi keluarga Kesultanan Palembang Darussalam karena dinilai melawan terhadap penjajah Belanda.

Berdasarkan informasi yang secara turun temurun disampaikan, Sultan Machmud Badaruddin II yang sebelum wafat menyerahkan tahta kerajaan kepada anaknya Sultan Ahmad Najamudin Pangeran Ratu.

Karena itu, beliau tidak lagi mendapat gelar sultan tetapi susuhunan atau purnawirawan sultan, kata Raden Rachmad Mas Agus, zuriat Kesultanan Palembang Darussalam.

Ia menjelaskan, nama asli Susuhunan Machmud Badaruddin II adalah Raden Hasan Putra Bin Sultan Muhammad Bahaudin.

Beliau lahir di Palembang pada 1 rajab 1181 H atau 1767 Masehi dan diasingkan ke Ternate, tahun 1821, ujarnya.

Susuhunan Machmud Badaruddin II dinobatkan menjadi Sultan Kesultanan Palembang Darussalam pada 4 April 1803.

Selanjutnya, Rachmad menambahkan, susuhunan yang telah menyerahkan tahta kepada anaknya Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Putra pada 26 November 1852 meninggal dunia.

Akhirnya, melalui Keppres RI Nomor 063/TK/1984 29 Oktober 1984 dia ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Kunjungan ke makam Susuhunan Machmud Badaruddin II di pekuburan Islam, menjadi kegiatan utama bagi rombongan Pemkot Palembang yang dipimpin Wali Kota Romi Herton ketika berkunjung ke Ternate, untuk berziarah dan berdoa ke makam pahlawan nasional asal kota pempek.

Zuriat Kesultanan Palembang Darussalam yang selama ini terpisah-pisah di Kepulauan Maluku, Rabu malam berkumpul di Ternate dengan difasilitasi Wali Kota Palembang Romi Herton.

"Kami sangat berterima kasih kepada wali kota dan seluruh jajaran Pemkot Palembang yang memfasilitasi silaturahmi karena ini baru yang pertama kali," kata Raden Rachmad Mas Agus, di Ternate.

Dia menjelaskan, malam ini baru sedikit yang berkumpul. Namun, pihaknya sangat mengapresiasi Pemkot Palembang telah menghimpun zuriat kesultanan yang selama ini tidak saling kenal.

Pertemuan ini, kata Rachmad, berhasil meningkatkan silaturahmi zuriat Kesultanan Palembang Darussalam.

"Kami keturunan Susuhunan Sultan Mahmud Badaruddin II yang dibuang Belanda tahun 1821 ke Ternate dan selama ini banyak belum saling mengenal," katanya.

Di kompleks pemakaman Susuhunan Machmud Badaruddin II, yang berbentuk kubah utama juga terdapat kuburan istri sang purnawirawan Sultan Palembang tersebut yaitu Ratu Sepuh Asma yang tepat berada di sisi kiri makam pahlawan yang dikenal tidak pernah kompromis dengan penjajah sehingga dibuang ke Ternate.

Selain itu, di sebelah kanan makam juga terdapat kuburan sang guru, Syahid Umar bin Muhammad Assegaf yang mengajarkan susuhunan ilmu agama termasuk berhasil mendorong sang pahlawan nasional hafizd Quran.

Di luar kubah utama terdapat kuburan Sultan Ahmad Najamudin Pangeran Ratu sebagai sultan terakhir dan belasan pengikut Kesultanan Palembang Darussalam yang dimakamkan di Kampung Makassar Ternate, Maluku Utara.

Makam Kesultanan Palembang Darussalam tersebut telah menjadi cagar budaya Kota Ternate sebanding dengan peninggalan lain, seperti benteng dan objek wisata lainnya.

Pertemuan zuriat dengan pejabat di lingkungan pemkot di Ternate menjadi babak baru untuk mendorong pengungkapan fakta sejarah pahlawan nasional asli wong plembanh itu.

Mudah-mudahan kegiatan ini akan berlanjut dan mau meningkatkan eksistensi zuriat Kesultanan Palembang Darussalam, tambah Rachmad.


Mayoritas Zuriat Miskin
Adalah Raden Rachmad Mas Agus (39) zuriat Kesultanan Palembang Darussalam mengatakan pihaknya selama ini kesulitan menghimpun keluarga besar pahlawan nasional itu.

Meskipun belum mendata secara pasti berapa banyak zuriat Kesultanan Palembang Darussalam, tetapi mayoritas atau 90 persen dari mereka dalam kondisi perekonomian yang miskin, katanya.

Selain miskin, zuriat juga tersebar dengan bermukim di Pulau Sulawesi dan kepulauan kecil lainnya di Maluku.

Akibatnya, sampai kini mereka mayoritas belum pernah merasakan pulang kampung ke Palembang. "Jangankan buat ongkos ke Palembang, untuk makan sehari-hari pun mereka masih banyak yang kesusahan," kata lelaki berperawakan besar dan bekerja di Pemprov Maluku Utara itu.

Kehadiran Wali Kota Palembang Romi Herton ke Ternate tentunya menjadi ajang untuk menghimpun semua saudara yang tersebar.

Namun, memang baru sebatas zuriat yang bermukim di Ternate, padahal keturunan Kesultanan Palembang Darussalam tersebar, seperti di Halmahera, Tondano dan Menado serta Ambon.

"Saya bahkan menyisir saudara-saudara untuk ikut bertemu dengan wali kota yang telah menyiapkan silaturahmi," katanya.

Hasilnya, terkumpullah puluhan orang keluarga keturunan zuriat Kesultanan Palembang Darussalam yang selama ini tidak diketahui.

Sementara Wali Kota Palembang Romi Herton mengatakan menelusuri jejak pahlawan nasional tersebut tentunya bukan hanya sebatas memeriahkan hari jadi kota pempek, tetapi untuk mengungkap jejak langkah dan sepak terjang Susuhunan Machmud Badaruddin II, katanya.

Selama ini, belum ada penelitian yang akhirnya mengungkap fakta yang disampaikan dalam sebuah buku, untuk tokoh pejuang kemerdekaan itu.

"Kami akan melanjutkan penelitian terkait dengan Kesultanan Palembang Darussalam di Ternate dan daerah-daerah lain di Sulawesi dan Maluku," ujarnya.

Penelitian sejarah itu menjadi wujud penghargaan sebesar-besarnya kepada pahlawan bangsa.

Penelitian akan dilakukan dengan melibatkan ahli-ahli sejarah dan tokoh masyarakat yang berkompeten.

Tahap awal pihaknya akan mengalokasi dana sebesar Rp200 juta untuk renovasi pemakaman pahlawan nasional itu.

Selanjutnya, jika dibutuhkan akan dianggarkan lagi sehingga makam Susuhunan Mahmud Badaruddin II akan lebih baik dan menarik kunjungan wisatawan berwisata religi, katanya.

Saat ini, kondisi makam tersebut cenderung belum representatif untuk dikunjungi, dan karena itu perlu perbaikan.

Renovasi makam menjadi salah satu upaya melestarikan cagar budaya bagi warga Kota Ternate tersebut selain tentunya merupakan kewajiban pemkot untuk mengurus peninggalan bersejarah meskipun tidak di Palembang.

Dia menjelaskan, mudah-mudahan setelah direnovasi makam pahlawan nasional beserta keluarganya akan menjadi lokasi wisata religi yang lebih menarik bagi wisatawan.

Selain memperbaiki makam dan lingkungannya, pihaknya juga meminta penambahan nama-nama dengan huruf latin karena sampai kini masih menggunakan tulisan Arab, ujarnya.

Sementara juru kunci makam Susuhunan Mahmud Badaruddin II, Lutfi mengatakan di makam utama tersebut terdapat tiga kuburan yaitu Susuhan Mahmud Badaruddin II dan guru agamanya, Assegaf.

Selain itu, di luar juga terdapat makam-makan anak dan pengikut pahlawan nasional yang dibuang ke Ternate pada tahun 1821 itu, katanya.

Dia menjelaskan, pekuburan Islam tersebut berada di wilayah kampung Makassar dan dirinya bertugas menjadi juru kunci makam Susuhunan Mahmud Badaruddin II.

Saat ini, dia mengakui berstatus sebagai pegawai negeri sipil di Ternate yang dikhususkan menjadi juru kunci makam yang berada di tengah pemakaman umum tersebut.