20.000 ikan hias budidaya Muba diekspor

id pahri azhari, bupati muba

20.000 ikan hias budidaya Muba diekspor

Bupati Muba H Pahri Azhari (Foto Antarasumsel.com/14)

Musi Banyuasin (ANTARA Sumsel) - Sebanyak 20.000 ikan hias botia (Chromobotia macracanthus) hasil dari Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan diekspor perdana ke Eropa, Jumat.

Eskpor perdana itu sekaligus menandai kesuksesan pengembangan teknologi budi daya botia yang dilakukan Balai Penelitian dan Pengembangan Budi Daya Ikan Hias Depok dengan Dinas Perikanan Kabupaten Musi Banyuasin (Muba).

"Botia atau dikenal dengan kecuplang ada di perairan Sungai Musi tetapi ada musimnya (musim hujan). Dengan Muba berhasil menjadi tempat budi daya ikan botia, sudah tidak tergantung musim lagi," kata Bupati Muba Pahri Azhari saat meresmikan ekspor perdana ikan hias botia di kantor pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Sekayu, Jumat.

Bupati Pahri berharap bukan ikan botia saja yang akan dibudidayakan tetapi ikan hias lain yang mulai langka namun laris di pasaran.

"Sehingga harapannya  Muba bisa menjadi salah satu tempat budidaya ikan terbesar karena di sini sangat potensial dengan banyak daerahnya yang sebagian besar dikelilingi perairan. Kalau kita lestarikan semoga Muba bisa jadi daerah pengekspor ikan hias," tambahnya.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut P. Hutagalung mengatakan perkembangan bisnis ikan hias sebagai salah satu produk perikanan nonkonsumsi mengalami perkembangan yang cukup pesat dan memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik per bulan Oktober 2013, volume ekspor ikan hias botia Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 29.280 kg dengan nilai sebesar 775 ribu dolar AS dan meningkat menjadi 29.353 kg dengan nilai sebesar 573 ribu dolar AS.

"Botia merupakan produksi ikan hias asli Indonesia. Ini branding yang bisa kita bangun karena tidak banyak negara yang bisa mempertahankan produk aslinya," kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut P. Hutagalung.

"Ini potensi baru dan peluang bagus untuk perekonomian daerah serta meningkatkan daya saing serta meningkatkan kinerja pemasaran ikan hias Indonesia," tambahnya.

Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan Budidaya (P4B) yang membawahi BPPBIH Depok Tri Heru Prihadi mengatakan hasil litbang ikan hias botia telah dikembangkan dalam bentuk diseminasi di beberapa kabupaten di Sumatera dan Kalimantan sejak tahun 2012.

"Dari beberapa lokasi diseminasi tersebut, Musi Banyuasin merupakan kabupaten pertama yang dapat melakukan ekspor perdana ikan hias botia dari hasil budidaya secara mandiri," kata Tri.

Sebagai pintu pemasaran, dilakukan melalui kerjasama dengan PT. Kampung Ikan yang biasa mengekspor ikan botia ini ke Thailand, Yordania, Iran, Kuwait, Jerman, India, Aljazair, Italia, dan Rusia.

Ketua Tim Diseminasi Teknologi Budidaya Ikan Hias Botia Agus Priyadi menjelaskan bahwa teknologi budidaya dilakukan dalam sistem resirkulasi baik pada proses pematangan gonad induk maupun pemeliharaan larva hingga benih.

"Untuk bobot induk botia jantan yang digunakan berukuran 50-100 gram sedangkan betina 100-250 gram. Proses pemijahan dilakukan secara buatan menggunakan hormon," jelas Agus.

Ikan botia merupakan ikan hias air tawar asli dari perairan Sumatera dan Kalimantan yang sangat populer di kalangan pecinta ikan hias.

Pengembangan teknologi ikan hias botia telah dilakukan di Kabupaten Belitung Timur, Jambi, Musi Banyuasin (Sumatera Selatan), dan Katingan-Kasongan (Kalimantan Tengah).