Songket Palembang diusulkan ke UNESCO sebagai Warisan Dunia

id songket, diusulkan ke unesco

Songket Palembang diusulkan ke UNESCO sebagai Warisan Dunia

Songket Palembang (FOTO ANTARA/Feny Selli/14)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Kain Tenun Songket khas Palembang, Sumatera Selatan, diusulkan ke UNESCO sebagai warisan dunia, kata peneliti Puslitbang Kemendikbud Republik Indonesia R.R. Nur Suwarningdyah.

Namun, kata Nur yang juga Koordinator Tim Peneliti Kain Tenun Songket dijumpai di Palembang, Jumat, harus melewati beberapa langkah dan rekomendasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

"Berdasarkan penelitian kami di Sumatera Sleatan, keluar rekomendasi untuk pemerintah daerah terkait dengan pengajuan hasil kerajinan industri kecil tenun songket ini," katanya.

Menurut dia, mulai 26 Oktober lalu, tim peneliti dari Kemendikbud RI telah melakukan penelitian terhadap kain tenun songket selama sepuluh hari untuk materi pengajuan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Penelitian dilakukan melalui penyebaran instrumen kepada masyarakat, pengrajin, dan instansi pemerintahan. Hasil penelitian menunjukkan dari 200 instrumen yang dibagikan, 71,4 persen mengetahui jenis songket di Sumsel.

Sementara itu, sebanyak 89 persen dari responden tersebut juga menyetujui songket akan diusulkan ke UNESCO.

Ia mengatakan bahwsa pihaknya melakukan penelitian untuk mengisi berkas nominasi, yakni wawancara dengan narasumber (pengrajin tenun, pelatih, tokoh agama, tokoh adat, pemerhati tenun, pejabat pemda dan pemrov), pembuatan dokumentasi foto, perekaman foto yang akan diisi narasi dalam bahasa Inggis.

Dari penelitian tersebut, kata dia, diturunkan sejumlah rekomendasi ke Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk ditindak lanjuti, di antaranya pemasyarakatan tenun songket dengan tujuan  memperluas fungsi songket tidak hanya sebagai pakaian adat dan pelengkap acara adat.

"Salah satunya menjadikan songket sebagai pakaian wajib di sekolah maupun di instansi kedinasan," paparnya.

Rekomendasi lainnya adalah memasukkan pembahasan mengenai kain tenun tradisional songket ke dalam mata pelajaran ekstrakurikuler di setiap jenjang sekolah di Sumatera Selatan.

"Dengan demikian, dapat memaksimalkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat, baik kaum pemuda maupun pekerja, terhadap kain tenun songket khas Sumsel tersebut," kata dia.

Menurut dia, kegiatan serupa juga dilakukan Sumsel, Kalbar, dan Sultra untuk meneliti kain tenun khas Indonesia.

"Nantinya, pengajuan kain tenun Indonesia itu akan diajukan ke UNESCO pada tahun 2015 atau 2016," kata dia.

Perjalanan untuk mendaftarkan kain songket Sumsel sebagai warisan dunia di UNESCO, kata dia, saat ini masih menunggu pengambilan nomor.

Sementara, tahun ini akan diupayakan pengajuan ke UNESCO untuk TMII dan tari tradisi Bali. Sejauh ini, Kemendikbud telah mengajukan warisan budaya ke UNESCO dan diresmikan, seperti wayang, keris, batik, angklung, saman, dan noken.

Perwakilan Yayasan Cinta Tenun Indonesia yang turut membantu penelitian Cut Komaril menyatakan mendukung terlaksananya penelitian terhadap songket di Palembang ini.

"Saya tahu, teman-teman di UNESCO sangat kritis, jadi perlu adanya pemetaan responden yang benar-benar jelas. Lalu, pengembangan tentang songket itu juga penting, apalagi mengetahui jenis-jenis dan pembuatan songket," katanya.

Ia menekankan, "Kita juga harus tahu mengenai bahan pembuatan songket yang secara umum menggunakan benang emas. Namun, ternyata bisa juga memakai benang sutera."

Songket juga menggunakan pewarna, baik sintetis maupun pewarna alam. Namun, printing songket, menurut dia, bisa merusak kebudayaan bangsa.