Bisnis pembiayaan mobil diperkirakan tumbuh 20 persen

id bisnis, bisnis mobil bekas, bisnis mobil

Bisnis pembiayaan mobil diperkirakan tumbuh 20 persen

Bisnis mobil bekas di Palembang (Foto Antarasumsel.com/15/Evan Ervani)

...Perekonomiannya Sumsel hampir 80 persen ditopang sektor komoditas ekspor yakni karet dan kelapa sawit sehingga apa yang terjadi di pasaran dunia akan sangat berpengaruh dengan daya beli masyarakat...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Bisnis pembiayaan mobil lembaga keuangan di Sumatera Selatan diperkirakan hanya tumbuh 20 persen pada 2015 akibat penurunan daya beli masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh pelemahan harga komoditas ekspor karet dan kelapa sawit.

"Perekonomiannya Sumsel hampir 80 persen ditopang sektor komoditas ekspor yakni karet dan kelapa sawit sehingga apa yang terjadi di pasaran dunia akan sangat berpengaruh dengan daya beli masyarakat," kata Ketua Pengurus Wilayah Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka Belitung Iwan di Palembang, Kamis.

Seusai pertemuan tahunan Otoritas Jasa Keuangan dengan pengusaha perusahaan jasa keuangan dia mengatakan, tahun lalu perusahaan pembiayaan mobil hanya mampu merealisasikan target sekitar 70 persen lantaran harga komoditas berada di titik terendah sejak pertengahan 2014.

"Meski tahun ini penuh dengan asumsi pelemahan ekonomi, tapi perusahaan pembiayaan tetap optimistis bisa tumbuh di 2015. Memang tahun ini penuh dengan tantangan seperti apa yang disampaikan oleh OJK," ujar dia.

Ia mengatakan, untuk tetap tumbuh, perusahaan pembiayaan berencana melebarkan sayap ke sektor pembiayaan perumahan komersil (non-subsidi) yang selama ini belum menjadi pilihan.

Sementara untuk sektor pembiayaan mobil yang menjadi bisnis inti akan fokus pada pembiayaan mobil baru.

"Daya beli masyarakat menurun sehingga kemampuan untuk membeli mobil juga turun, jika sebelumnya gonta-ganti, kini masyarakat tidak lagi seperti itu. Saat ini yang justru bertumbuh adalah pembiayaan mobil baru karena selisih yang ditawarkan tidak terlalu jauh dengan mobil bekas sementara di sisi lain lebih muda dalam pengajuan kredit," kata dia.

Terkait dengan penurunan daya beli masyarakat, ia tidak menyangkal juga memengaruhi cara penyaluran kredit karena penekanan pada prinsip kehati-hatian lebih diperhatikan mengingat potensi kredit macet terbilang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

"Rasio kredit macet perusahaan pembiayaan saat ini masih dalam kategori wajar jika merujuk ke aturan OJK, tapi jika dibandingkan 2014, tentunya ada peningkatan pada tahun ini terkait penurunan daya beli," ujar dia.

Harga karet mengalami penurunan sejak 2013 sebagai dampak krisis ekonomi global di Eropa yang berimbas kepada negara pengimpor Tiongkok dan India.

Sebelumnya, Sumsel sempat mencatat pertumbuhan ekonomi hingga 6,5 persen pada 2011 lantaran lonjakan harga karet dari kisaran Rp8.000 menjadi Rp20 ribu per kilogram. Pada saat itu pertumbuhan ekonomi Tiongkok mencapai 9,2 persen.