Indonesia bak rumah dengan jendela terbuka

id internet, remaja, internet sehat

Indonesia bak rumah dengan jendela terbuka

Anak-anak asyik mengakses internet (FOTO ANTARA)

...Apapun bisa diakses karena negara kita menganut prinsip terbuka, beda dengan Korea Utara yang tertutup. Karena ini sudah menjadi pilihan, maka tak ada cara lain selain menyaring karena semua jendela dibuka,...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informasi Freddy Tulung mengibaratkan Indonesia seperti rumah dengan jendela yang terbuka untuk menggambarkan betapa mudahnya setiap warga mengakses informasi positif dan negatif di internet.

"Apapun bisa diakses karena negara kita menganut prinsip terbuka, beda dengan Korea Utara yang tertutup. Karena ini sudah menjadi pilihan, maka tak ada cara lain selain menyaring karena semua jendela dibuka," kata Freddy, seusai menjadi pembicara dalam acara sosialisasi penyakit HIV/AIDS bagi ratusan pelajar Kota Palembang, Kamis.

Ia mengatakan, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam proses menyaring informasi ini mengingat pertumbuhan konten negatif (pornografi) demikian masif.

Meski pemerintah telah menerapkan metode pemblokingan tapi tetap saja konten berbau pornografi tersebut muncul. Setiap hari, tercatat 40 hingga 40 ribu konten muncul di internet (bukan hanya pornografi).

"Berdasarkan survei, satu yang diblok maka akan muncul 10, artinya pemerintah memang tidak bisa bekerja sendiri. Apalagi untuk pemblokingan ini tidak serta merta bisa dilakukan, terutama jika konten itu dihasilkan oleh provider di luar negeri, semisal Singapura," ujar dia.

Ia menerangkan, Indonesia dapat saja meminta ke negara yang bersangkutan, namun hal itu membutuhkan waktu nisbi lama.

"Sejauh ini Kemenkoinfo telah menerima ribuan aduan dari masyarakat, yang tertinggi terkait situs porno, yang kedua situs yang mengandung unsur sara. Biasanya, jika menyangkut negara lain akan dibuat permohonan dari pemerintah tapi jika hanya bersifat lokal maka akan langsung diblok oleh Kemenkoinfo," tutur dia.

Untuk menghadapi bahaya penggunaan internet ini, menurutnya, peran aktif guru, orangtua, hingga media massa sangat dibutuhkan dalam membentengi generasi muda dari pengaruh buruk.

Berdasarkan data, Indonesia menjadi peringkat kedua pengakses situs pornografi di dunia setelah Turki (tanpa memasukkan data dari Tiongkok).

Sementara pada kenyataan lain, sebanyak 75 persen pengguna berusia 34 tahun, sedangkan 60 persen berada di bawah 24 tahun.

"Seperti pisau bermata dua, jadi internet ini bisa menyebabkan hal yang positif dan negatif. Orangtua harus mau turun tangan, tapi sayangnya kenyataan di lapangan malah banyak yang gagap teknologi, kalah dengan anaknya," ucapnya.