Kebun Raya Sumsel dan prestise Internasional

id kebun raya, kebun raya sumsel, pemprov sumsel, sumatera selatan, prestise internasional, alex noerin, hutan, kerusakan hutan, pembalakan liar, longso

Kebun Raya Sumsel dan prestise Internasional

Ilustrasi (ANTARA FOTO)

....Manfaat pengembangan Kebun Raya Sumsel ini yang paling pokok salah satunya adalah pelestarian kawasan konservasi alam....
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Pertemuan menteri-menteri lingkungan hidup dunia di Jerman pada bulan Maret 2015 membahas tentang pelestarian hutan sepakat menyerukan untuk memulihkan lahan kritis seluas 150 juta hektare hingga 2020.

Jika tidak direstorasi, akan selalu mengancam bagi kehidupan manusia dan keberlangsungan keanekaragaman hayati, seperti bencana alam erosi, longsor, pendangkalan permukaan sungai, laut, dan perubahan-perubahan iklim yang tak menentu.

Miris memang jika melihat kerusakan sumber daya alam hutan yang cukup parah selama ini, terutama di Indonesia.

Misalnya, pembukaan perkebunan secara besar-besaran di hutan dan hutan gambut, penebangan kayu log dengan mengebiri peraturan dan kebijakan para pemangku pengambil kebijakan.

Tidak sampai di situ, bahkan pengusaha dan oknum-oknum yang tak bertanggung jawab pun mengambil kesempatan pula melakukan perambahan dan pembalakan liar untuk mencari kekayaan pribadi dan kekayaan kelompok-kelompok tertentu yang sulit disentuh hukum.

Dampaknya, ribuan bahkan jutaan hektare hutan Indonesia mengalami kerusakan parah. Alam menjadi "marah" dan berbagai peristiwa pun bermunculan yang menelan banyak korban jiwa, seperti bencana alam banjir bandang, tanah longsor, dan kekeringan.

Indonesia dan internasional menyerukan moratorium atau menghentikan segala bentuk eksploitasi hutan. Deforestasi harus dijalankan penghijauan dengan kearifan lokal. Pemberian-pemberian izin usaha kehutanan dan perkebunan juga dibatasi guna menyelamatkan dan melestarikan kembali sumber daya alam.

Terkait dengan berbagai persoalan kehutanan itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bekerja sama dengan pusat dan pemangku kepentingan lainnya kini bergerak cepat untuk mengatasinya dengan proyeksi masa depan yang lebih baik.

Komitmen Sumatera Selatan untuk melestarikan hutan dan melindungi keanekaragaman hayati margasatwa, flora, dan fauna, seperti harimau sumatera dan gajah sumatera, akhirnya internasional melirik daerah itu dengan mengundang Gubernur Alex Noerdin sebagai salah satu pembicara kelestarian hutan pada pertemuan di Jerman.

Staf Ahli Gubernur Sumatera Selatan Bidang Perubahan Iklim Dr. Najib Asmani, Gubernur Alex diundang sekaligus menjadi pembicara dalam pertemuan Menteri Lingkungan Hidup tingkat dunia tersebut karena Sumsel cukup komitmen dalam melestarikan hutan dan manfaatnya bagi kehidupan manusia kini dan masa mendatang.

Keterkaitan melestarikan hutan karena Sumsel memiliki sumber daya energi yang cukup besar, seperti pertambangan minyak bumi dan gas (migas), batu bara, serta perkebunan komoditas karet dan kelapa sawit harus ada keseimbangan yang terintegrasi satu sama lain.

Pembangunan berkelanjutan Sumatera Selatan dan juga fokus meningkatkan pada daya saing pertumbuhan ekonomi daerah dalam kurun sepuluh tahun terakhir ini rupanya telah membuat dunia terus melirik Bumi Sriwijaya dengan jumlah penduduk lebih kurang delapan juta jiwa ini.

Investor asing dari berbagai belahan dunia terus berdatangan untuk menanamkan modal di berbagai sektor hulu dan hilir. Bahkan, kegiatan-kegiatan internasional sukses dilaksanakan, seperti SEA Games, kegiatan olahraga negara-negara Islam (ISG), pertemuan wartawan ASEAN, MTQ Internasional, bahkan tahun ini dijadwalkan POM ASEAN, dan Asian Games 2018.

Kepercayaan internasional terhadap Sumatera Selatan ini tidak sekadar melihat dari komitmennya melestarikan sumber daya alam, tetapi lebih dari itu. Mungkin saja mereka melihat kejayaan masa lampau sebagai pusat dan kekuatan perdagangan Kerajaan Sriwijaya yang terkenal kerajaan maritim hingga penjuru dunia itu.



Kebun Raya Sumsel

Sumatera Selatan memang memiliki banyak hal menarik dikunjungi sebagai tujuan wisata, seperti Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, Taman Benteng Kuto Besak, Bukit Siguntang, Taman Purbakala Sriwijaya, dan Air Terjun Bukit Tenang.

Namun, untuk memperkuat itu semua sekaligus melestarikan potensi lingkungan sumber daya alam atau tujuan wisata alam dan lingkungan (Ekotourisme), kini mengembangkan pembangunan kebun raya yang diberi nama "Kebun Raya Sriwijaya Sumatera Selatan" dengan memanfaatkan lahan bekas Patra Tani seluas 100 hektare di Ogan Ilir dan Muara Enim.

Pembangunan kebun raya ini dilakukan secara bertahap selama lima tahun. Rancang bangun sudah dibuat oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Sumsel.

Kehadiran kebun raya ini dengan tujuan menyelamatkan tumbuhan asli khas Sumsel dan memperkenalkan keunggulannya sebagai sarana penelitian serta pengembangan ilmu pendidikan teknologi konservasi tumbuhan.

Konsep atau tema Kebun Raya Sumsel ini akan berfungsi sebagai koleksi tanaman obat dan tanaman lahan basah.

Dari catatan pengelola Kebun Raya Bogor untuk tahap awal, koleksi material tanaman masih berupa buah dan biji dari 17 spesies tanaman khas Sumatra yang merupakan koleksi Kebun Raya Bogor. Sebagian besar dari bibit tersebut telah disemai, saat ini juga ditanam koleksi Pachira aquatica salah stu spesies tanaman yang ditemui di lokasi eks Patra Tani.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Sumsel Alamsyah mengatakan bahwa kebun raya ini berjarak 45 km dari Kota Palembang atau 8 kilometer masuk ke lokasi dari jalan Lintas Tengah Sumatra Palembang-Prabumulih.

Kebun Raya Sumatera Selatan seluas 100 hektare yang terletak di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir akan dikembangkan menjadi pusat penelitian dan pendidikan, serta pariwisata dengan melengkapi berbagai infrastruktur pendukung secara bertahap dalam 3--5 tahun.

Kebun Raya Sumsel ini dalam pengembangannya membutuhkan waktu 3 tahun ke depan atau pada tahun 2017 ditargetkan sudah tuntas.

Pembangunan kebun raya ini mendapat legalitas dari Kementerian Kehutanan sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus pada tanggal 5 September 2011 dan membutuhkan dana, dalam kurun waktu 2015--2017, sebesar Rp394,17 miliar.

Kebutuhan dana tersebut bersumber dari APBN sebesar Rp158,77 miliar, partisipasi dari para mitra Rp167,77 miliar, dan APBD Sumsel Rp67,62 miliar.

Fokus pengembangan Kebun Raya Sumsel menjadi pusat penelitian dan pendidikan konservasi alam bekerja sama LIPI dalam pembibitan ratusan spesies jenis tanaman dan tumbuhan obat-obatan herbal serta pariwisata.

Selain itu, juga tanaman-tanaman langka khas Sumatera Selatan sehingga akan melengkapi kawasan ini sebagai pusat koservasi "ex situ" lahan basah pertama di Indonesia.

Kemudian, penanaman 1.000 jenis tanaman pohon pengarah, seperti ketapang, angsana, dan sirsak dibantu Balai Tanaman Kehutanan Kementerian Kehutanan.

Khusus bantuan dari mitra sejumlah perusahaan, seperti PT Bukit Asam akan membangun Zona B, yaitu kantor pengelola dan pusat informasi pengunjung, PT Pertamina membantu membangun rumah kaca tanaman koleksi, dan PT Sinar Mas Grup mengembangan tanaman tematik koleksi tanaman obat-obatan.

Sementara itu, perusahaan kontraktor minyak bumi dan gas PT Conoco Philips membantu membangun gedung pusat pendidikan, sedangkan Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) memfasilitasi pembangunan perpustakaan.

Untuk pengembangan tanaman obat-obatan lainnnya juga akan dikoordinasi SKK migas, partisipasi penanaman jenis tanaman lain dikoordinasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Sumsel, serta sejumlah pihak perbankan.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan orang-orang yang memiliki inovasi dan kreativitas, terutama di sektor pariwisata, dalam pengelolaan kebun raya tersebut. Pasalnya, kawasan konservasi ini akan bisa dijadikan sebagai tempat wisata berburu serta pengembangan habitat unggas, seperti belibis dan merbau liar.

Mestinya Kebun Raya Sumsel ini, menurut dia, harus berkembang pesat, baik segi ekonomi, sosial, maupun budaya, jika dikelola orang-orang profesional yang memililiki inovasi yang tinggi.

"Sumsel saat ini membutuhkan sumber daya manusia yang andal untuk terus memacu pembangunan daerah," ujarnya.

Menurut dia, kehadiran Kebun Raya Bogor Sumatera Selatan sejalan dengan pelestarian hutan dan pengembalian spesies plasma nuftah yang selama ini mengalami kerusakan akibat pembabatan hutan dan perburuan-perburuan satwa yang dilindungi.

"Manfaat pengembangan Kebun Raya Sumsel ini yang paling pokok salah satunya adalah pelestarian kawasan konservasi alam," katanya.

Kebun Raya tersebut sebelumnya adalah kawasan hutan produksi yang harus diselamatkan dari tindakan jahil yang merusak tatanan konservasi.

"Kita seharusnya bisa meniru Jepang yang diketahui selama ini paling banyak menggunakan bahan kayu untuk pembangunan, tetapi kayu-kayu tersebut diimpor dari dari luar, termasuk Indonesia, sedangkan mereka tetap mempertahankan kelestarian hutannnya," kata Alex.

Alex Noerdin meminta pelaksana proyek untuk mempercepat pembangunan Kebun Raya di Kabupaten Ogan Ilir atau paling tidak harus dimulai pada tahun ini.

"Saya minta pembangunan Kebun Raya Sumsel secepatnya dilaksanakan karena sudah menandatangai kerja sama dengan pihak BUMN dan perusahaan swasta," katanya.

Badan Usaha Milik Negara yang melaksanakan kerja sama di antaranya PT Pusri, PT Medco E&P Indonesia, SKK Migas, dan PT Bukit Asam.

Pembangunan Kebun Raya Sumsel itu perlu dipercepat karena prasarana pendukung sudah tersedia dan lahan juga sudah siap digunakan, tinggal mengisi zona-zona dalam kawasan itu.

Gubernur Alex Noerdin juga telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan enam perusahaan, BUMN, dan perbankan pada bulan Januari 2015, yakni PT Bukit Asam, PT Bank SumselBabel, PT Pertamina, BRI, PT Sentosa Bahagia Bersama, dan Gapkindo,  Keenam perusahaan ini akan membantu pendanaan senilai Rp24,096 miliar.