Upaya Palembang antisipasi krisis air bersih

id palembang, pemkot palembang, air, air bersih, pdam tirta musi

Upaya Palembang antisipasi krisis air bersih

Instalasi pengelolaan air PDAM Tirta Musi (Foto Antarasumsel.com/13/Nila Fuadi/Aw)

....Saya sudah mengatakan soal air laut masuk Sungai Musi ini pada empat tahun lalu, ketika itu air laut sudah sampai Benteng Kuto Besak. Jika ini tidak bisa dihentikan sehingga air Sungai Musi tidak layak lagi, maka dimana lagi PDAM mau mengambil ai
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Air Sungai Musi, Palembang, hingga kini menjadi satu-satunya sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi yang kualitasnya menurun setiap tahun seiring dengan tingginya aktivitas masyarakat.

Jika tidak diantisipasi dari sekarang maka krisis air menjadi sesuatu keniscayaan bagi kota yang dialiri 49 anak Sungai Musi ini.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palembang M Sapri Nungcik di Palembang, Selasa (22/6), dalam acara sosialiasi Perwali Nomor 8 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, mengatakan pemkot sudah merencanakan pembangunan waduk untuk mengantisipasi krisis air bersih dikemudian hari.

Pembangunan waduk seluas 100 hektare ini sudah memasuki tahapan penyusunan desain (DED) untuk mengejar target selesai 2018.

"Pembangunan waduk ini menjadi target pemkot mengingat menjadi kebutuhan mendesak untuk menjaga ketersediaan air baku PDAM Tirta Musi serta penampung air di saat musim hujan (mencegah banjir)," kata dia.

Hanya saja, proses persiapan proyek ini tidak bisa berlangsung cepat karena membutuhkan lahan yang luas dan dana hingga triliunan rupiah, termasuk proses pembebasan lahan yang tidak mudah.

"Artinya, proyek ini tidak sebatas menunggu langkah dari pemerintah tapi juga membutuhkan dukungan dari masyarakat, terutama untuk penyediaan lahan," kata dia.

Ia mengemukakan pemkot merencanakan waduk ini karena terjadi pertumbuhan penduduk serta pembangunan yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir.

"Rencana pembuatan waduk ini tak lain untuk keberlangsungan penyediaan air baku yang berkualitas (tidak bisa lagi hanya mengandalkan Sungai Musi, red) dan pembangunan yang berkelanjutan di Kota Palembang," kata dia.

Hanya saja, untuk merealisasikan rencana ini, berbagai pihak harus memahami isu strategisnya, yakni pendanaan, peningkatan peran badan usaha, inovasi, serta teknologi.

Mengenai pendanaan, menurut Safri, pemkot akan membuka pintu bagi investor, pengalokasian dana pemerintah daerah, pinjaman bank, bantuan kalangan swasta dalam penyaluran dana tanggung jawab sosial perusahaan hingga peran serta masyarakat.

"Saat ini pemkot sedang menjajaki kemungkinan penjualan obligasi daerah dalam upaya penghimpunan dana dari masyarakat," kata dia.

Selain itu, untuk menggiring proyek ini terealisasi, Pemkot Palembang telah menuangkan rencana pembangunan waduk ini dalam kebijakan dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum (jakstrada).

Dalam jakstrada yang sudah diperkuat dalam Perwali Nomor 8 tahun 2015 ini dinyatakan bahwa seluruh masyarakat harus mengakses air minum pada 2023 melalui metode Sistem Penyediaan Air Minum PDAM Tirta Musi.

Dukungan penuh juga telah didapatkan dari pemerintah provinsi karena persoalan bakal kekurangan air baku ini acap kali dilontarkan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin.

Beberapa waktu lalu, Alex mengatakan Kota Palembang hampir pasti bakal kekurangan air baku pada masa mendatang jika masuknya air laut ke Sungai Musi ini tidak bisa dihentikan.

"Saya sudah mengatakan soal air laut masuk Sungai Musi ini pada empat tahun lalu, ketika itu air laut sudah sampai Benteng Kuto Besak. Jika ini tidak bisa dihentikan sehingga air Sungai Musi tidak layak lagi, maka dimana lagi PDAM mau mengambil air," kata Alex.

"Saat ini `intake` (tempat pengambilan air oleh PDAM, red) sudah mundur-mundur terus, ini bakal jadi masalah besar di masa datang jika tidak diupayakan dari sekarang," kata dia.

Untuk itu, Alex akan berkoordinasi dengan pemerintahan di kabupaten/kota untuk memperbaiki alur Sungai Musi yang melintasi tujuh kabupaten dari hulu di Kepayang, Bengkulu hingga hilir di Palembang.

"Kawasan alur sungai ini juga harus diperbaki karena bukan persoalan sendimen di hilir saja yang patut jadi perhatian. Sangat penting juga memperhatikan hutan dan tanaman mangrovenya," kata dia.

Selain berkoordinasi dengan pemkab terkait, Alex juga mendorong realisasi waduk yang direncanakan Pemkot Palembang dalam upaya membuat tempat penyimpanan cadangan air baku PDAM.

"Pemkot Palembang sudah merencanakan pembangunan waduk, ini juga yang didorong, jika perlu jangan satu tapi dua hingga tiga waduk," kata dia.


Alternatif lain
Tak terhenti pada rencana pembuatan waduk itu, pemkot juga merencanakan penambahan instalasi pengolahan air (IPA) sebagai upaya jangka pendek untuk menjaga keberlangsungan penyediaan air bagi masyarakat.

PDAM Tirta Musi membutuhkan tambahan instalasi pengolahan air dan perbaikan infrastruktur untuk menyusul pertumbuhan jumlah pelanggan yang mencapai 11 persen per tahun.

Direktur Teknik PDAM Tirta Musi Stephanus pada kesempatan yang sama mengatakan kapasitas air yang bisa diolah dan ditampung di beberapa instalasi pengolahan air saat ini hanya mampu menyuplai 10 juta meter kubik air baku atau hanya untuk 250 ribu pelanggan (data per Mei 2015).

"Saat ini kapasitas produksi Tirta Musi sebanyak 3.738 liter per detik dengan kapasitas terpasang 3.870 liter per detik. Jika tidak diantisipasi dari sekarang maka tidak semua pelanggan dapat terlayani di masa datang, sementara pada 2019 ditargetkan seluruh masyarakat terlayani air bersih (saat ini sudah 80 persen penduduk)," kata dia.

Untuk itu, PDAM telah merencanakan suatu investasi jangka panjang untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi warga kota Palembang hingga puluhan tahun mendatang.

Berdasarkan analisis mendalam, PDAM Tirta Musi membutuhkan suntikan modal berupa investasi hingga Rp1,1 triliun untuk pengembangan bisnis layanan serta pembangunan infrastruktur berupa instalasi pengelolaan air baru.

Adapun komposisi investasi tersebut direncanakan dari PDAM sebesar 45 persen, APBN 14 persen, dan Ditjen Cipta Karya Kementerian PU sebanyak 12 persen.

Kemudian fasilitas pembiayaan dari perbankan senilai Rp222,12 miliar dan alokasi dari APBD Kota Palembang sebanyak Rp196,5 miliar.

PDAM sendiri akan mengalokasikan kocek sekitar Rp449 miliar untuk investasi tersebut dan sementara ini sudah menggelontorkan dana hingga Rp100 miliar untuk investasi selama lima tahun terakhir.

"Ini suatu proyek besar dan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah di tingkat pusat hingga daerah, dan kalangan swasta. Harapannya, beragam unsur ini dapat bersatu padu untuk memuluskan rencana ini," kata dia.


Bantuan Australia
Di tengah cita-cita memiliki waduk ini, Pemkot Palembang mendapatkan bantuan hibah dari pemerintah Australia melalui lembaga AusAID untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) skala perkotaan senilai Rp1,2 triliun pada 2016.

Proyek ini akan bersinergi dengan upaya penyediaan air baku bagi PDAM karena air yang dihasilkan IPAL skala perkotaan ini akan digunakan/dijual ke PDAM.

Plt Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan bantuan dari pemerintah Australia ini juga pernah diterima Kota Palembang yang disalurkan ke PDAM Tirta Musi untuk pemasangan sambungan berlangganan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan bantuan hibah pembangunan ipal skala kawasan (sedang berjalan).

"Program sanitasi ini dijalankan Australia untuk mendukung komitmen Indonesia dalam pembangunan milenium (millenium development goals) yang menyepakati 68,87 persen penduduk Indonesia mengakses air minum yang layak dan 62,42 persen penduduk Indonesia mendapatkan akses sanitasi yang layak pada tahun 2015," kata Harnojoyo.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang M Sapri Nungcik mengatakan anggaran hibah bakal dicairkan pada 2016 melalui pemerintahan di tingkat pusat.

"Hibah Rp1,2 trilun ini untuk pembangunan IPAL perkotaan yang merupakan kelanjutan dari program IPAL komunal (kawasan) yang juga dirancang program hibah Australia. Untuk IPAL komunal ada 21 ribu titik sambungan," jelas Sapri.

Dengan jumlah alokasi dana yang relatif besar itu, membuat penyerapan dirancang secara bertahap selama tiga tahun.

"Untuk dana hibah dari Australia ini bukan saja Palembang namun ada juga dari daerah lain seperti Makassar, Cimahi dan Jambi dengan nilai bantuan bervariasi, sementara untuk Palembang menjadi yang terbesar," kata dia.

Lebih lanjut jelas Sapri, saat ini sanitasi di Kota Palembang masih belum memadai sehingga harus dilakukan perbaikan untuk skala pemukiman (kawasan) hingga perkotaan.

"Seperti dapat dilihat di sepanjang aliran sungai musi, sanitasi warganya jauh dari yang diharapkan. Masih ada yang buang air besar sembarangan atau jika ada WC namun tidak bagus dan juga belum ada septic tanknya, sehingga ujung-ujungnya akan masuk Sungai Musi," kata dia.

Kenyataan ini mengugah pemerintah Australia untuk menyalurkan dana hibah sanitasinya ke warga Kota Palembang dalam program pembangunan IPAL, baik secara kawasan maupun perkotaan.

"Perencanaan sudah disusun sedemikian matang, bahkan dibantu oleh Australia. Pemerintah sangat mengharapkan peran berbagai pihak dari masyarakat untuk penyediaan lahan, hingga kalangan swasta untuk pembiyaan, agar beragam proyek seperti waduk, dan instalasi pengolahan segera terealisasi," kata dia.

Masyarakat dunia saat ini dihadapkan pada berbagai persoalan serius akibat kerusakan lingkungan hidup akibat tingkah pola manusia, seperti krisis air dan pencemaran tanah.

Kini, persoalan lingkungan pada suatu negara sejatinya juga menjadi persoalan di negara lain.