Bersiasat tembus pasar batu Internasional

id batu akik, baturaja, pasar batu akik, lavender, spritus, sankis, akik darah, disperindag sumsel, permana

Bersiasat tembus pasar batu Internasional

Ahmad Najib mewakili pemerintah daerah menunjukkan sejumlah batu unggulan asli Sumatera Selatan usai jumpa pers gelaran South Sumatera Gemstones Festival 2015 di hotel Swarna Dwipa Palembang, Sumsel, Selasa (5/5). (Foto:antarasumsel.com/15/Feny Selly

....Cara memotong, menggosok, dan membingkai harus ada standarnya, jadi tidak boleh asal. Kemudian, pemerintah akan mengeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk setiap produk batu akik yang dihasilkan pengrajin....
Batu akik sedang marak di seluruh daerah sejak dua tahun terakhir, tak terkecuali di Sumatera Selatan sehingga memunculkan semangat dari pelaku usaha untuk membawa sumber daya alam ini menembus pasar internasional untuk meraih nilai tambah.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumsel Permana mengatakan pemerintah sejak lama ingin memunculkan batu akik Baturaja di pasaran dunia, setelah mendapat tempat di pasar dalam negeri.

Pesona batu akik asal Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu membuat Sumatera Selatan tidak dapat disepelekan dalam perebutan pasar batu alam Tanah Air.

Sesuai dengan nama lokasinya yakni Baturaja, beragam jenis batu akik berkualitas tinggi bermunculan dari Ibu Kota Kabupaten OKU ini, di antaranya, lavender, spritus (biru langit), sangkis, akik darah, sulaiman, aren, tapak jalak, cempaka, lumut hijau, lumut merah, dan giok.

Hanya saja, pemasaran ke luar negeri ini agak terhambat karena buah karya perajin lokal terbilang belum layak secara kemasan dan tidak memiliki standar mutu.

Selain itu, ia menilai batu akik asal Baturaja terlalu banyak dimunculkan perajin sehingga sulit mencetak merek dagang "brand" internasional.

"Jika ingin menembus pasar internasional, mulai dari sekarang harus fokus dengan satu atau dua jenis batu saja. Jangan terlalu banyak, nanti pasar kebingungan, apalagi saingan juga banyak dari daerah lain," ucap Permana.

Oleh karena itu, dalam waktu dekat pemerintah akan menggandeng para pelaku bisnis batu akik di Sumsel, mulai dari perajin rumahan hingga pengusaha untuk menyatukan visi dan misi dalam membesarkan batu akik asal Baturaja.

"Saat ini yang sudah dikenal masyarakat itu lavender dan spritus, jika sepakat, batu ini saja yang dibesarkan. Jangan banyak-banyak, jika pun akan ditambah hanya batu teratai saja dari Musi Rawas," ujar dia.

Setelah menemukan kesamaan pemikiran dengan pelaku batu akik, ia melanjutkan, barulah pemerintah mendorong perajin menghasilkan produk yang berkualitas dengan cara memperbaiki kemasan dengan memberikan pelatihan.

"Cara memotong, menggosok, dan membingkai harus ada standarnya, jadi tidak boleh asal. Kemudian, pemerintah akan mengeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk setiap produk batu akik yang dihasilkan pengrajin," tuturnya.

Tak terhenti di sini, pada tahun ini juga pemerintah provinsi akan dibangun pusat batu akik di Jakabaring dengan memakai lahan seluas dua hektare yang masuk dalam bagian pasar hobi milik Pemerintah Kota Palembang.

Sumsel juga akan mencontoh taktik dan strategi Thailand yang telah berhasil memperkenalkan batu topaz ke dunia.

"Mengapa di Thailand itu batu topaz-nya bisa mendunia karena sudah benar-benar dikemas dalam arti mulai dari kualitas produk dengan ditandai memiliki sertifikat, merek, hingga pasarnya," imbuhnya.

Ketika wisatawan sampai di hotel di Thailand akan disuguhi video yang menggambarkan betapa sulitnya mendapatkan batu Topaz karena harus mengambil di atas bukit, kata Permana.

"Tak berhenti di sini, wisatawan juga langsung melihat beraneka ragam topaz yang dipajang di gerai hotel," tambahnya.

Menurut Permana, kerja keras ini harus dimulai karena tidak berapa lama lagi Sumsel menjadi tuan rumah Asian Games ke-18, tempatnya pada 2018.

Sebagai tuan rumah bersama DKI Jakarta, Sumsel tidak mau kehilangan kesempatan untuk meraup pundi-pundi uang dari para pedatang yang diperkirakan mencapai 13 ribu orang.

Untuk itu, Pemerintah Provinsi Sumsel bersedia mengucurkan dana untuk mempromosikan batu akik khas daerah ini ke dunia internasional seperti yang dilakukan Thailand.

"Harapannya, pada saat Asian Games nanti, `brand` lavender dan spritus ini sudah jadi sehingga para pendatang sudah tahu dengan sendirinya mau mencari apa di Sumsel," tegasnya.



Lavender

Batu lavender dan spritus yang berkualitas banyak ditemukan di Desa Simpang Empat dan Desa Segara Kembang, Kecamatan Lengkiti, OKU, dengan cara menggali hingga kedalaman 3-4 meter dari daratan.

Meski tersimpan di perut bumi, Permana menyakini Sumsel tidak bakal kekurangan bahan baku jika akhirnya mendapatkan respon positif dari pasar dunia.

"Namanya saja Baturaja, daerah ini betul-betul menjadi anugrah bagi Sumatera Selatan," kata dia.

Namun, dari beragam jenis batu ini, lavender dan spritus yang terbilang sudah mencuri hati para pencinta batu Tanah Air dengan sebutan "blue safir"-nya Indonesia.

Salah seorang pengamat batu akik dari asosiasi penjual batu akik Pasar Rawa Bening Jakarta Purna Cakra, Ikhsan mengatakan, batu akik berjenis kalsedon (nama latin chalcedony) asal Baturaja ini merupakan yang terbaik di Indonesia untuk batu alam berwarna biru.

"Secara tekstur, warna, tingkat kekerasan, bisa disebut sebagai `blue safir`-nya Indonesia. Bedanya hanya di tingkat kekerasan saja karena blue safir merupakan ragam batu mulia dengan nilai 9 sementara akik nilainya 7," papar Ikhsan yang dijumpai di Festival Batu Akik Sumatera Selatan (SSGF) 2015 di Gedung Olahraga Ranau Jakabaring.

Menurut ahli batu yang kerap menjadi juri kontes batu akik di berbagai daerah ini, keunggulan paling mencolok dari batu biru asal Baturaja ini terletak pada ragam warna.

Dalam satu bongkahan batu kalsedon ini dapat dihasilkan beranekaragam batu berwarna biru, di antaranya, lavender (biru keungguan), spritus (biru langit), dan terong (biru tua).

Lantaran itu, Ikhsan yang mengeluti bisnis batu akik sejak 30 tahun lalu ini tak heran jika batu asal Baturaja ini tersohor di seluruh Indonesia setelah deman batu akik melanda masyarakat dalam dua tahun terakhir.

"Setelah digosok, batunya menjadi bening sekali, bersih bak kristal. Jika disinari maka akan terlihat pola seperti kura-kura atau seperti awan putih yang bersusun," tutur Ikhsan yang kerap dipanggil `profesor` oleh kalangan perbatuan Tanah Air ini.

Keindahan batu akik Sumsel ini juga diamini ahli batu asal Aceh Iswadi Azwir yang menjadi penemu batu akik bernama aswad.

Ia berani menjamin batu akik dari Baturaja ini menjadi satu-satunya di Indonesia untuk jenis kalsedon berwarna biru dengan kualitas tinggi.

"Bacan dari Ternate, giok dari Aceh, lavender dan spritus dari Sumatera Selatan. Semua pencinta batu sudah tahu akan itu," cetus ahli batu yang juga kerap menjadi juri kontes batu akik di beberapa daerah di Indonesia.

Menurutnya, jika dikemas dengan baik maka bukan tidak mungkin batu dari perut bumi Sumsel ini mampu menembus pasar internasional. Apalagi, belum banyak negara di dunia yang fokus menggarap batu akik karena sebagian besar mempelajari dan mengoleksi ragam batu mulia.

"Batu akik memiliki kelebihan karena tampilannya yang tidak bisa disamaratakan. Dalam satu bongkah, bisa jadi beranekaragam, seperti batu kalsedon Baturaja yang bisa banyak turunannya dari warna dasar biru," terangnya.

Jika ingin menduniakan batu akik ini, Iswadi berharap Sumsel dapat mencontoh cara Aceh dalam mempopulerkan batu giok.

"Secara merek dagang sudah dapat karena nama giok sangat familier di masyarakat, tak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Sumsel seharusnya mulai menentukan akan memunculkan batu apa," kata dia.

Setelah diputuskan batu yang akan dipopulerkan, ia berbagi tips mengatakan dilanjutkan dengan membuat kelangkaan barang, serta menjaga barang mentah tidak dikirim ke luar negeri.

"Jika sudah langkah, maka akan tercipta sendiri kesan mewah dari batu akik yang dipopulerkan. Selain itu, jangan lupa terus menerus mempromosikan serta membuat beragam produk turunannya, seperti gelang, kalung, sabuk, dan lainnya," jelasnya.

Pernyataan Iswadi itu juga sejalan dengan rencana yang akan dijalankan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumsel.

Sumsel dikenal sebagai daerah penghasil karet, sawit, dan batu bara di Indonesia dengan berkontribusi besar terhadap ekspor nasional.

Selama puluhan tahun, daerah yang menjadi lumbung energi nasional ini mengirimkan bahan mentah ke luar negeri dan hanya mendapatkan sedikit nilai tambah.

Jika batu akik Sumsel ini nantinya menembus pasar dunia maka produk ini tercatat menjadi barang jadi pertama yang mampu dihasilkan sumber daya alam dan sumber daya manusia milik sendiri.