Ibarat 'Parkir Bus' hadapi perekonomian semester II

id ekonomi, pertumbuhan ekonomi, ekonomi indonesia, moneter

Ibarat 'Parkir Bus' hadapi perekonomian semester II

Ilustrasi (FOTO ANTARA)

....resep dalam menghadapi semester dua agar pertumbuhan ekonomi minimal lima persen adalah menjaga daya beli masyarakat, artinya konsumsi rumahtangga harus dijaga....
Jakarta, (ANTARA Sumsel) - Strategi 'Parkir Bus' merupakan istilah dalam sepak bola di mana hampir semua pemain berkumpul di daerah bertahan untuk mematahkan serangan-serangan lawan.

Strategi ini populer pada tahun 2012, dan Jose Mourinho bersama Chelsea tim yang terlihat sukses menerapakan pola permainan bertahan ini.

Istilah tersebut bisa diibaratkan sama seperti ketika strategi yang diterapkan oleh pemerintah dalam menghadapi 'gempuran-gempuran' masalah pada semester II pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal itu juga dipaparkan oleh para pengamat.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, mengatakan resep dalam menghadapi semester dua agar pertumbuhan ekonomi minimal lima persen adalah menjaga daya beli masyarakat, artinya konsumsi rumahtangga harus dijaga.

"Resep lainnya yaitu, inflasi harus dijaga sampai akhir tahun, dan mempertahankan itu tidak mudah, harus bertahan terus," kata Bambang.

Kemudian adalah mempercepat belanja pemerintah, baik belanja barang dalam bentuk konsumsi pemerintah dan belanja modal pemerintah.

"Ekspor jangan tumbuh negatif, mencoba jangan terus ekspor komoditas," katanya. Ekonomi seluruh provinsi sedang melambat, namun ia mengingatkan jangan sampai melambat dari batas saat ini.

    
   Ancaman-ancaman

Pertahanan 'Parkir Bus' perekonomian Indonesia terus diancam oleh berbagai prediksi yang menghambat target lima persen semester II.

Bambang menjelaskan bahwa ancaman terbesar dari semester II adalah adanya El Nino, atau kemarau panjang yang mengancam 'dahaga' inflasi Indonesia untuk terus naik.

Semua daerah mengalami kekeringan, sehingga produksi utama dari negara agraris untuk produk pertanian dari negara berlambang Garuda bisa terancam.

Selain itu, ketidakpastian kebijakan moneter di Amerika atau belum adanya kejelasan kenaikan suku bunga dari The Fed membuat kurs dari negara berkembang penuh spekulasi.

Kenaikan bahan makanan yang menjadi salah satu penyumbang inflasi pada Juli, terjadi secara merata pada seluruh komoditas pangan.

Komoditas bahan makanan dan tarif transportasi menjadi penyumbang utama inflasi pada Juli 2015 yang tercatat mencapai 0,93 persen.

Kemudian, ekonomi global yang tidak stabil mampu mempengaruhi kondisi pasar modal di Indonesia. Transaksi pembayaran dan fiskal mengalami defisit, kenaikan utang luar negeri.

    
   Bertahan total

Target pertumbuhan realistis perekonomian Indonesia sebesar lima persen optimistis dapat tercapai pada akhir tahun jika Indonesia mampu fokus untuk bertahan pada inflasi, kata Senior Economist Standard Chartered Bank Indonesia, Alexander Eric Sugandi.

"Saya lebih memilih optimistis, namun berusaha realistis saja untuk bisa mencapai lima persen pada akhir tahun, harus tahan semua belanja yang tidak fokus," kata Eric Sugandi.

Ia menjelaskan, daripada semua pihak tertuju untuk terburu-buru mencapai target, lebih baik sekarang realistis untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di agenda pemerintah.

"Selesaikan saja proyek infrastruktur secara maksimal, pasti tahun depan target bisa lebih baik, kerjakan dulu yang sudah di depan mata," katanya.

Ia juga memberi masukan agar pemerintah bisa menjaga inflasi yang ada di samping tetap fokus infrastruktur.

"Perlambatan ekonomi memang masih menjadi hambatan, tapi jangan justru terbebani dengan target, persiapkan saja yang sudah ada, selesaikan semua infrastruktur yang sudah ditetapkan," tuturnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) telah menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2015 mencapai 4,67 persen, melambat dibandingkan triwulan I-2015 yang mencapai 4,72 persen sehingga pertumbuhan ekonomi semester I-2015 mencapai 4,70 persen.

Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2015 mencapai Rp2.866,9 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.239,3 triliun.

Ekonomi Indonesia triwulan II-2015 terhadap triwulan II-2014 (y-on-y) tumbuh 4,67 persen, melambat dibanding capaian triwulan II-2014 yang tumbuh 5,03 persen dan triwulan I-2015 yang tumbuh 4,72 persen.

Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai jasa pendidikan yang tumbuh 12,16 persen. Dari sisi pengeluaran didukung oleh hampir semua komponen dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 4,97 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan II-2015 terhadap triwulan sebelumnya tumbuh 3,78 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 10,09 persen, sedangkan dari sisi Pengeluaran pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 32,17 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2015 (c-to-c) tumbuh 4,70 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha kecuali Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 3,58 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran didorong oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 4,99 persen.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan II-2015 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,35 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,31 persen, dan Pulau Kalimantan 8,22 persen.

    
   Serangan balik 

Untuk menciptakan kemenangan dengan penerapan 'Parkir Bus', tentu selain bertahan total, harus menciptakan gol dalam permainan sepak bola. Gol tersebut bisa diciptakan melalui serangan balik dari strategi bertahan.

Dalam analogi perekonomian negara, beberapa solusi untuk mencapai target realisasi lima persen sudah dipersiapkan.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono telah mengatakan optimistis dapat mencapai target skenario rencana penyerapan dana sebesar 30 persen pada akhir Agustus 2015 ini.

"Pembangunan infrastruktur dapat mendongkrak pergerakan ekonomi nasional, meningkatkan monilitas barang-jasa dan memeratakan denyut ekonomi nasional, itu sudah tugas kami," kata Basuki Hadimuljono.

Ia menjelaskan salah satu sektor penyumbang terbesar dari pencapaian target tahunan adalah dari sektor perumahan.

Kemajuan realisasi keuangan telah mencapai 22,49 persen atau nilai sebesar Rp26,6 triliun dan realisasi fisik mencapai 22,53 persen.

Dari pencapaian realisasi 22,49 semester I dan target akhir Agustus 30 persen, ia optimis mencapai target 93 persen pada akhir Desember 2015.

Untuk mengupayakan hal tersebut, Menteri PUPR membuat beberapa terobosan. Terobosan pertama adalah percepatan proses pelelangan dan kontrak. Kementerian PUPR telah melakukan penyelesaian kontrak sebanyak 14.713 paket.

Paket tersebut terdiri dari penyelesaian kontrak paket tahunan jamak sebanyak 803 paket dan penyelesaian kontrak paket tahunan sebanyak 13.910.

Kedua, penyediaan dana untuk pengadaan lahan sebesar Rp9,3 triliun, guna mendukung percepatan penyelesaian pembangunan jalan, bendungan, dan prasarana PUPR lainnya.

Ketiga, penyelesaian regulasi yang terkait dengan program PUPR, yakni antara lain 10 peraturan terkait Program Satu Juta Rumah, pembangunan jalan dan lainnya. Keempat, menambah personil memberlakukan waktu kerja tujuh hari seminggu dengan dua waktu kerja (Shift) dan menambah perlengkapan kerja.

Kelima, menerbitkan Instruksi Menteri No 03 Tahun 2015 tertanggal 27 Juli 2015 perihal Percepatan Pelaksanaan Anggaran TA 2015 da Pelelangan Dini Tahun 2016.

Keenam, menyusun dan menyiapkan administrasi (teknik dan keuangan) untuk percepatan penyerapan anggaran untuk pekerjaan TA 2015. Ketujuh, mempersiapkan proses pelelangan paket-paket Loan yang telah masuk Greenbook dan telah dicantumkan dalam RKA-KL.

Kedelapan, untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan TA 2016, Kementerian PUPR telah menyiapkan dokumen-dokumen pendukung untuk pelelangan dini (Agustus 2015) paket-paket strategis nasional sesuai pagu anggaran (RKA-KL).

Solusi lainnya adalah penambahan pemasukan dari sektor BUMN, guna mendongkrak laju prekonomian negara.

Sebagai gambaran prediksi BUMN, sektor pertambangan dan penggalian mendominasi realisasi belanja operasional (Opex) Kementerian BUMN sebesar 40,80 persen dari total belanja sebanyak Rp674,4 triliun, pada semester I 2015.

"Proyek strategis dari BUMN nilainya cukup signifikan dan dampak `multiplier efefect`-nya cukup besar bagi perkenonomian nasional," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.

Pada sektor pengadaan Gas, Uap dan Udara Dingin sebesar 21,34 persen dari total.

Sedangkan, realisasi belanja modal (capex) pada semester I 2015 totalnya sebesar Rp119,3 triliun atau 37 persen dari total rencana capex tahun 2015 sebesar Rp320 triliun. Target realisasi capex optimis tercapai, mengingat penyelesaian belanja modal sebagian besar BUMN akan terealisasi pada semester II 2015.

Kontribusi realisasi capex didominasi antara lain oleh sektor Pengadaan Gas, Uap dan Udara Dingin dengan sebesar 40,9 persen dari total, kemudian sektor pertambangan dan penggalian sebesar 20,8 persen dari total.

Total realisasi opex dan capex semester I tahun 2015 sebesar Rp793,65 triliun dan diperkirakan mencapai 7,1 persen jika dibandingkan dengan target PDB tahun 2015 yaitu sekitar Rp11.102 triliun.

Realsiasi capex BUMN terwujud dalam bentuk pelaksanaan proyek-proyek strategis BUMN yang dilakukan dalam rangka pencapaian target pembangunan yang tertuang dalam RPJMN. Diantaranya total nilai proyek strategis BUMN yang bersifat multiyears dan bernilai di atas Rp100 miliar per proyek, sebesar Rp318,5 triliun dan 5,1 miliar dolar Amerika, sekitar 86 proyek tersebut berasal dari 25 BUMN.

Dari proyek tersebut, target penyelesaian proyek pada akhir tahun 2015 sebesar Rp165,75 triliun dan 471,8 juta dolar Amerika. Realisasi sampai semester I tahun 2015 mencapai Rp94,52 triliun dan 449,8 juta dolar Amerika atau 57,03 persen dari target sampai akhir tahun.