466 titik panas terdeteksi di Sumatera Selatan

id titik panas, titik api, kebakaran lahan, bmkg sumsel, indra purnama,

466 titik panas terdeteksi di Sumatera Selatan

Kebakaran lahan gambut di Desa Palm Raya, Ogan Ilir, Sumsel. (Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/15/den)

Palembang, (ANTARA Sumsel) - Jumlah titik panas atau "hotspot" di wilayah Provinsi Sumatera Selatan mencapai 466 titik padahal beberapa daerah mulai turun hujan.

"Berdasarkan pemantauan melalui satelit hari ini (Selasa) terdeteksi 466 titik panas di Sumatera Selatan, melihat kondisi cuaca di sejumlah daerah Sumsel beberapa hari ke depan diprakirakan mulai hujan ringan sehingga titik panas bergerak turun," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumatera Selatan Indra Purnama, di Palembang, Selasa. 

Dia menjelaskan, jumlah titik panas yang terdeteksi di provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota itu pada kemarau Oktober 2015 berfluktuasi, namun cenderung menurun.

Titik panas paling banyak terdeteksi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak 376 titik, kemudian di Musi Banyuasin 28 titik, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur 21 titk, dan Kabupaten Musi Rawas Utara terdeteksi 13 titk panas.

Sedangkan daerah yang terdeteksi titik panas paling sedikit adalah Kabupaten Ogan Ilir dan Musi Rawas hanya hanya satu titik panas, katanya. 

Melihat jumlah titik panas terdeteksi cukup banyak di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, dan OKU Timur, Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan saat ini terus melakukan pemadaman pada lahan yang terbakar dan menimbulkan asap. 

Untuk mencegah titik panas mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan yang lebih luas serta memperparah bencana kabut asap, masyarakat yang berada di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan tersebut diimbau meningkatkan kewaspadaan. 

Dengan kewaspadaan yang tinggi dan pengawasan lingkungan secara maksimal, diharapkan jika terjadi kebakaran hutan dan lahan dapat diatasi dengan cepat secara bersama-sama, sehingga tidak memperparah kabut asap yang telah mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat, serta transportasi umum terutama angkutan udara, kata Indra.

Sebelumnya, Wakil Komandan Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Sumsel Yulizar Dinoto menjelaskan menghadapi kondisi kemarau ekstrem tahun ini pihaknya berupaya meningkatkan tindakan tanggap darurat seperti melakukan operasi darat dan udara di daerah yang terdeteksi banyak titik panas, serta mengupayakan hujan buatan (teknologi modifikasi cuaca/TMC), dan menggelar shalat minta hujan.

Akhir-akhir ini jumlah titik panas masih cukup banyak sehingga perlu dilakukan upaya meminimalkan dan menghilangkan "hotspot" itu serta memadamkan kebakaran hutan/lahan yang kini asapnya mulai mengganggu berbagai aktivitas seperti sekolah dan penerbangan serta banyak masyarakat yang terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), ujar Yulizar.