Palembang (ANTARA Sumsel) - Wayang kulit Palembang Sumatera Selatan memang tak begitu dikenal dibandingkan Wayang Purwa asli dari Pulau Jawa, namun perlu dibangkitkan kembali bahwa seni budaya khas ini telah ada sejak pertengahan Abad ke-19 Masehi.
Wayang Palembang kini telah diakui Badan Dunia UNESCO sebagai salah satu karya Agung Budaya pada tahun 2003 serta merupakan salah satu warisan budaya Indonesia telah dikukuhkan pada tahun 2004, kata Dalang wayang Palembang, Cahyo Wibisono, Selasa.
Dikemukakannya, meski sempat dua kali mati suri, kini wayang kulit Palembang hidup kembali penjelmaan wayang meski tidak sesempurna dibawakan oleh para dalang terdahulu.
Namun demikian, kata dia, kini tampil lebih cantik dan didalangi oleh sekelompok anak muda Kota Palembang.
Menurut dia, gelaran wayang kulit yang dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Wayang se-dunia di Taman Bukit Siguntang Palembang, Senin (9/11) merupakan upaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel memperkenalkan kembali budaya asli Palembang yang sempat tenggelam serta meregenerasi penerus mempunyai bakat dalam seni perwayangan.
Ia mengatakan, tak jauh beda dengan wayang Purwa Jawa, wayang Palembang ini memainkan lakon pakem klasik Mahabarata ataupun Ramayana, hanya saja perilaku tokoh-tokohnya lebih bebas dimainkan dengan menggunakan bahasa melayu Palembang.
"Di sini kita versinya main melayu tidak seperti yang ada di Jawa, yakni menggunakan bahasa Palembang dengan melakukan kreasi penambahan soal dalam iringan dan lainnya," kata Cahyo Wibisono.
Menurut dalang wayang Palembang, Ki Agus Wirawan Husin, yang membedakan wayang kulit Palembang dan Jawa ini adalah bahasa, kemudian irama-irama musik, tapi kita tetap menggunkan alat musik tradisional dan tidak memakai sinden.
Ia menjelaskan, dalam sejarahnya keberadaan wayang Palembang seiring dengan terbentuknya keraton di Palembang oleh elit Jawa saat Adipati Kerajaan Majapahit Ario Damar berkuasa, selanjutnya terus tumbuh dengan karakter lokal dalam menyampaikan pesan moral maupun syiar agama.
Sementara, Kabid Pengembangan Budaya Disbudpar Sumsel, Hardan Effendi mengatakan bahwa pada saat Festival Sriwijaya dicoba padukan dengan kesenian Dul Muluk mengembangkan agar tidak monoton menyampaikan pesan kepada anak muda supaya lebih mencintai wayang dan mulai berkembang di kabupaten/kota di Sumatera Selatan.
Menanggapi keberadaan seni budaya tersebut, Yessi Oktariana Mulyadi, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Palembang bahwa dalam perwayangan ada pesan-pesan yang disampaikan dan kalau dalang dari generasi muda ini dapat lebih menyampaikannya dengan gaya jaman sekarang saya rasa wayang Palembang tidak akan mati.
Sementara dalam upaya menghidupdkan kembali wayang Palembang di tengah masyarakat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel akan lebih mengintensifkan gelaran seni budaya seperti ini di berbagai kesempatan.
Bahkan dalam waktu dekat Disbudpar setempat akan menggelar pertunjukan bertajuk "Goes to school dan Goes to Mall" dengan harapan dapat menarik minat khususnya kalangan anak muda mencintai kesenian tradisional ini, sehingga kebudayaan wayang Palembang bisa terus lestari dan tak lekang dan punah oleh minimnya regenerasi, katanya.
Berita Terkait
Pemkab Empat Lawang salurkan 300 paket alat pendengaran
Senin, 11 Maret 2024 19:25 Wib
Ganjar janji berikan fasilitas dan akses untuk anak muda berprestasi
Rabu, 7 Februari 2024 9:18 Wib
PTBA gelar pelatihan seni tari tanggai untuk dukung Tanjung Enim Kota Wisata
Senin, 18 Desember 2023 14:30 Wib
Simfoni dalam keterbatasan, aksi seni anak berkebutuhan khusus
Senin, 18 Desember 2023 8:36 Wib
Gebyar Seni Reog Ponorogo di Johor Bahru
Senin, 11 Desember 2023 9:43 Wib
Balai Pelestarian Kebudayaan Sumsel gelar pameran warisan budaya
Minggu, 26 November 2023 8:59 Wib
Pameran JICAF 2023 berhasil jual 4000 karya senilai Rp1,2 miliar
Rabu, 22 November 2023 11:38 Wib
Melissa-Telfar berkolaborasi hadirkan instalasi seni dan fesyen
Minggu, 19 November 2023 19:36 Wib