Andris Wijaya berjaya dengan nasi liwet instan

id nasi, beras, nasi liwet, nasi liwet instant

Andris Wijaya berjaya dengan nasi liwet instan

Andris Wijaya, usahawan Nasi Liwet Instant 1001 (IST)

....Siapa lagi yang membangun negeri ini jika bukan kita, jangan hanya mementingkan diri sendiri, tapi cobalah berbuat yang bermanfaat bagi orang lain....
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Andris Wijaya (35) tidak pernah menyangka keputusannya kembali ke tanah kelahirannya Garut, Jawa Barat, untuk mengolah kembali bisnis keluarga di bidang beras curah akhirnya membawa pada kesuksesan sebagai wirausaha.

Bersama produk "Nasi Liwet Instant 1001", kini, ia mencatatkan diri sebagai usahawan muda Tanah Air yang berhasil mengangkat kuliner tradisional menjadi kuliner modern mampu menembus pasar Timur Tengah hingga Amerika Serikat.

"Awalnya, saya sempat ragu ketika diminta ibu untuk pulang kampung, tapi setelah saya pikir-pikir ada benarnya juga, karena sayang, ayah sudah membangun pabrik dengan susah payah, sementara setelah beliau meninggal dibiarkan vakum begitu saja," kata Andris yang dihubungi dari Palembang, Sabtu (29/11).

Ayah Andris, Dedy Mulyadi, mengolah pabrik penggilingan beras sejak tahun 1974 dan sempat mengalami masa kejayaan pada tahun 1984 dengan mengirimkan beras bermerek "Beras Garut 1001" ke Jakarta sebanyak 57 ton per hari.

Akan tetapi dibalik kejayaan itu, justru menjadi suatu kerugian besar karena faktanya beras garut tidak pernah muncul di pasar nasional, karena setelah tiba di Jakarta, mereknya selalu diganti menjadi "Beras Pandan Wangi" asal Cianjur.

Di tengah belum munculnya brand beras garut tersebut, usaha keluarga ini terpaksa berhenti pada 1996 karena Dedy Mulyadi meninggal dunia. Ketika itu, kakak-kakak Andris sudah memiliki usaha sendiri, sementara dirinya sendiri masih bersekolah.

Namun, berselang tujuh tahun sejak meninggalnya sang ayah, akhirnya usaha ini kembali berjalan setelah Andris membulatkan tekad untuk meneruskannya pada 2003. 

Pada saat tawaran itu datang, sebenarnya Andris sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai karyawan dengan pendapatan cukup lumayan sebagai seorang bujangan. 

Namun, ia yang berlatar lulusan Diploma III Politeknik Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Energi sedari awal sudah menyadari bahwa dirinya tidak cocok dengan profesi sebagai pekerja. Ia merasa memiliki karakter yang lebih condong sebagai wirausaha.

"Saya sempat melamar di PLN, perusahaan migas ternama, tapi heran juga mengapa selalu gagal di psikotes. Sedih juga ketika itu, mengapa teman-teman bisa lolos. Ternyata ada hikmah, memang saya tidak cocok sebagai karyawan," kata pria kelahiran Garut, 6 Agustus 1979 ini.

Memulai usaha keluarga dari nol, bukan perkara muda bagi Andris. Bungsu dari lima bersaudara ini pun tak luput dari hantaman badai. Ia sempat ditipu rekan bisnis sehingga mengalami kerugian yang cukup besar pada 2005 sehingga terlilit hutang hingga Rp200 juta. 

Ketika itu, pabrik penggilingan beras dengan luas areal mencapai satu hektare ini akan dijual, tapi entah mengapa, tak kunjung ada pihak yang mau membelinya.

Lantaran menunggu dalam sesuatu yang tidak pasti, Andris getol mempelajari ulang karakteristik beras garut. Ini justru menjadi titik awal kesuksesan Andris karena memunculkan semangat untuk memperbaiki manajemen perusahaan dan memperbarui mesin pabrik. 

Penggilingan yang semula satu kali diubah menjadi tiga kali sehingga beras yang dihasilkan benar-benar bersih dan bebas dari kutu dan pasir.

"Inilah awalnya, karena mesin baru membuat beras yang dihasilkan jadi lebih bersih. Saya pun berpikir, jika hanya dijual sebagai beras curah dan ketika sampai di Jakarta justru merek `beras garut`-nya diganti jadi beras Thailand, maka sayang sekali," ucap dia.

Ia menyayangkan ini karena secara kualitas, beras garut yang dihasilkannya sudah di atas rata-rata karena memiliki kelebihan yakni putih alami, tidak hambar, gurih, dan tahan lama. Bahkan satu hari di alat pemanas (rice cooker), beras garut tidak akan mengeluarkan bau dan berubah warna.

"Awalnya saya berpikir untuk menjadikan beras garut ini oleh-oleh, tapi persoalannya jangankan orang di luar garut, warga garut sendiri saja terbilang kurang peduli dan tidak tahu keunggulan beras garut," ujar dia.

Kemudian, muncul ide yakni harus melahirkan suatu produk makanan berbahan beras yang dapat dijadikan perantara untuk mengangkat nama berat garut.

Lalu, Andris melakukan riset sederhana pada 2011, Andris mendapatkan kesimpulan bahwa kuliner khas Jawa Barat berbahan beras yang paling digemari yakni nasi liwet.

Mulai saat itu, bermodalkan uang Rp30 juta, Andris berupaya keras menemukan formula ideal rasa nasi liwet yang lezat. 

Ia membayangkan suatu produk yang unik, belum pernah ada, dan praktis seperi layaknya mie instan yang mudah dibawa ke mana-mana.

Awalnya, Andris belajar dari sang kakak untuk mendapatkan racikan bumbu nasi liwet yang paling pas. Ternyata, dalam eksperimen itu, ia menemukan bahwa bahan baku nasi liwet ini bisa dikeringkan, dan tidak perlu menggunakan pengawet untuk tahan lama.

Kemudian racikan buatannya ini dibandingkan dengan restoran-restoran yang ada di Jawa barat untuk menemukan formula rasa nasi liwet yang sesuai dengan selera semua orang.

Andris pun mendapatkan formula nasi liwet yang hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk membuatnya dengan bumbu instant, sementara jika dibandingkan secara konvensional maka membutuhkan waktu 45 menit. 

"Hingga suatu saat, ada yang mengatakan bahwa nasi liwet buatan saya lebih enak dari restoran. Sejak saat itu, saya pun percaya diri untuk mengembangkannya," kata dia.

Lalu, tepat setelah setengan tahun sejak mulai bereksperimen, pada Juli 2011, Andris mendaftarkan produknya pada Dinas Kesehatan dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah sebelumnya dinyatakan lolos uji kandungan gizi halal di laboratorium Universitas Padjajaran Bandung.

"Mulailah sejak saat itu, saya ke mana-mana bawa rice cooker. Ke tempat pusat kebugaran, sengaja saya masak di sana, supaya aromanya tercium ke seluruh ke ruangan," kata Andris tertawa.

Kemudian, Andris juga gencar mendatangi seluruh toko oleh-oleh khas Jawa Barat untuk menawarkan produk buatannya. Sungguh berat ketika itu, karena sebagian besar toko menolaknya. 

Tak mau berputus asa, Andris pun mengratiskan produk buatannya asalkan toko yang didatangi mau memanjang produk buatannya. 

Produk itu berkomposisi 500 gram yang terdiri dari tiga macam rasa, yakni liwet instan rasa jengkol, jambal, dan petai dengan beras beraroma jeruk dan jambu. "Saya yakin, satu pintu tertutup, satu pintu lagi terbuka," kata dia. 

Kemudian, titik terang pun muncul ketika mendatangi beberapa kantor pemerintahan. Ia pun mendapatkan respon positif dengan mulai diajak pameran.

Ia mengisahkan, dalam sebuah pameran, mantan Wakil Bupati (Wabup) Garut Dicky Chandra memborong seluruh produk yang dijajakannya. 

"Di sanalah titik awal popularitas liwet instan dimulai. Setelah Pak Dicky memborong produk saya, nama nasi liwet instan 1001 mulai dikenal dan diburu konsumen,  ucap Andris.

Sejak saat itu, produk Nasi Liwet 1001 ini mulai dikenal pasar, terlebih lagi banyak media massa yang mulai meliput karena bisa membuat produk kuliner khas daerah dalam kemasan. Lebih menyenangkan lagi baginya, toko yang sempat menolak justru meminta barang.


Terus Berinovasi

Meski sudah sukses dengan liwet instan ini, tak lantas membuat Andris berpuas diri. Saat ini ia sedang mencari formula untuk membuat nasi uduk instan sembari terus mengembangkan restoran Sunda-Belanda miliknya di Garut.

Khusus untuk nasi liwet instan, ia menelurkan produk yang bisa sekali seduh seperti layaknya mie instan, atau tidak lagi selama 20 menit. 

"Saat ini masih bereksperimen, mudah-mudahan tahun depan sudah ada hasilnya," kata dia.

Sembari menunggu lahirnya produk unggulan, Andris terus mengembangkan bisnis dengan merambah pasar luar negeri. 

Berbekal bisnis online yang sudah dijalankan sejak 2012, permintaan dari luar negeri mulai bermunculan sejak 2014, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, Dubai, hingga Amerika Serikat.

Hal ini cukup mengejutkannya, karena nasi liwet buatannya juga menggugah selera warga Dubai dan Amerika Serikat.

"Untuk kali pertama saya kirim satu kontainer ke Amerika Serikat, dan hingga kini tidak pernah kembali," kata pria yang berkantor di Jalan Raya Samarang no 52 Kabupaten Garut.

Sementara, di pasar dalam negeri sendiri, Andris berkeinginan melebarkan sayap hingga ke seluruh pelosok Tanah Air karena sementara ini produknya hanya mudah ditemui di pasar modern kawasan Jabodetabek, dan beberapa daerah di luar Jawa. 

Dengan pengembangan usaha itu, Andris ingin lebih banyak menyerap tenaga kerja meski saat ini sudah memiliki 270 orang tenaga kerja dari semula hanya tiga orang. 

Tenaga kerja ini untuk membuat 1500 kemasan liwet instan dari 6 kuintal beras garut, yang dibuat dalam kemasan berkomposisi 500 gram dengan harga Rp25 ribu.

Meski sukses nasi liwet instant tapi Andris tetap fokus pada produk beras curah karena beras masih menjadi kebutuhan utama masyarakat. Setiap minggu, pihaknya mengirim beras garut ke Pasar Beras Cipinang sebanyak 38 ton dengan keuntungan sebesar Rp300 juta.

Pasokan beras tersebut didapat CV 1001 dari 200 petani binaan yang ada di daerah Samarang, Garut. Untuk menjaga kualitas, ia juga memberikan bantuan pupuk dan alat secara cuma-cuma.

"Sebetulnya, nasi liwet instan ini adalah alat untuk mengangkat beras garut. Dengan mencicipi liwet, diharapkan pembeli menjadi bertanya mengenai asalnya. Jika sudah begini maka pangsa pasar akan terjaga sehingga harga pun stabil (selalu ada permintaan) dan petani akan semakin sejahtera," kata suami Rully Putri Mustika ini.

Pandangan Andris yang luas untuk memberdayakan masyarakat ini tak ayal menggugah BNI Syariah yang memilihnya menjadi salah seorang duta Mutiara Bangsa Berhasanah.

Andris, terpilih bersama 13 orang wirausaha unggul Tanah Air melalui proses seleksi ketat dari 415 kandidat di tahun 2014.

Kepedulian sosial Suminah dalam memberdayakan warga di lingkungannya ini telah menarik perhatian BNI Syariah. Ia pun terpilih menjadi duta Mutiara Bangsa Berhasanah bersama 13 wirausaha unggul Tanah Air yang diseleksi ketat dari 415 kandidat pada 2014.

Peran Andris dipandang sejalan dengan program CSR BNI Syariah yang dicanangkan sejak Februari 2014 yakni Hasanah Titik! yang artinya tidak ada pilihan lain selain harus berhasanah untuk mewujudkan bangsa yang maju dan bermartabat. Kata Hasanah diambil dari intisari doa sapu jagad yang artinya kebaikan di dunia dan akhirat.

Ia dianggap sebagai sosok biasa tapi mampu berbuat luar biasa bagi lingkungannya sehingga diharapkan dapat menularkan virus Hasanah ke seluruh masyarakat agar bisa juga mandiri dan bermanfaat bagi sekitar.

Bagi pemilik CV 1001 ini, penghargaan ini merupakan motivasi untuk terus berbuat bagi kemaslahatan bangsa.

"Siapa lagi yang membangun negeri ini jika bukan kita, jangan hanya mementingkan diri sendiri, tapi cobalah berbuat yang bermanfaat bagi orang lain," pesan Andris.

Andris sosok generasi muda kreatif yang tidak pernah menyerah meski menghadapi beribu penghalang. Andai saja ia berputus asa ketika produknya ditolak pasar, mungkin tidak akan ada produk Nasi Liwet 1001 ini.

Karakter tangguh ini harus terus ditanamkan ke generasi muda agar banga ini menjadi kuat, unggul, dan memenangkan persaingan internasional.