Mendekat dengan dunia anak kini melalui UNBK

id un, ujian nasional, unbk, diknas, wali kota palembang, harnojoyo, siswa, pelajar, anak

Mendekat dengan dunia anak kini melalui UNBK

Ilustrasi - Sejumlah siswa mengerjakan soal menggunakan komputer saat simulasi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMK Negeri 7 Palembang, Sumatra Selatan. (Foto Antarasumsel.com/Feny Selly/16)

....Jika hanya mengharapkan pemerintah jelas tidak cukup meski negara sudah mengalokasikan hingga 20 persen dari APBN. Oleh karena itu, bantuan orangtua murid melalui Komite Sekolah sangat dibutuhkan....
Palembang (ANTARA Sumsel) - Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) saat ini sudah terselenggara hampir di seluruh kota di Indonesia.

Bukan hanya untuk menekan angka kebocoran dan efisiensi, UNBK juga bermaksud mendekatkan dengan pola kehidupan anak masa kini.

Berdasarkan survei badan UNICEF tahun 2014 diketahui terdapat 68 persen anak-anak Indonesia berusia 10-19 tahun yang sudah mengakses komputer dan 34 persen untuk komputeri jinjing (laptop).

Kemudian, 80 persen responden mengatakan sudah mengakses internet untuk mendapatkan informasi untuk tugas sekolah. 

Ayu Larasati, siswa kelas 12 IPA II SMA Negeri Palembang, yang menjadi salah seorang peserta UNBK mengatakan ujian menggunakan komputer bukan sesuatu yang baru baginya karena keseharian dalam belajar sudah menggunakan komputer.

"Saya tidak terkejut lagi, apalagi sudah beberapa kali ikut uji coba baik di sekolah maupun di tempat bimbingan belajar. Saya ikut try out sebanyak lima kali dan simulasi UNBK sebanyak dua kali," kata Ayu yang dijumpai sesuai ujian di ruang Laboratorium Komputer sekolahnya.

Bahkan, model ujian berbasis komputer ini, menurut Ayu sudah diterapkan pada Ujian Semester di sekolahnya sehingga ketika diterapkan dalam Ujian Nasional menjadi tidak terlalu sulit untuk beradaptasi.

Senada, rekan satu kelas Ayu, Lulu Imitinan Muthiah mengatakan karena sudah sering uji coba sehingga ujian ini bukan sesuatu yang menakutkan lagi.

"Sama persis pelaksanaannya dengan saat try out dan simulasi yang saya ikuti. Soal-soalnya juga mirip-mirip," kata Lulu.

Bagi Lulu menggunakan komputer sudah menjadi rutinitas keseharian karena guru kerap memberikan tugas yang mengharuskan siswa mengakses internet.

"Sarana dan prasarana juga sangat mendukung, sama sekali tidak ada persoalan, internetnya cepat, dan tidak ada gangguan dengan aflikasinya," ujar dia.

Hanya saja, Lulu mengakui bahwa dari sisi mental terjadi perbedaan karena ia merasakan `deg-degan` jika dibandingkan saat mengikuti try out.

"Jelas masih deg-degan, namanya lagi ujian, apalagi ada penunjuk waktunya," kata dia.

Sementara itu, Rafika, siswa kelas 12 IPA 4 memiliki padangan berbeda mengenai UN Berbasis Komputer ini karena membagi siswa berdasarkan waktu pelaksanaan ujian.

Rafika yang kebagian jam 10.30-12.30 merasa tidak sesegar siswa yang ujian di pagi hari.

"Inilah sulitnya, harus bergantian karena komputernya sedikit. Seharusnya ujian dilakukan di pagi hari jadi otak masih segar. Selain itu, ujian juga terpaksa dilakukan selama enam hari, sementara biasanya hanya tiga hari karena tidak bisa dua pelajaran sekaligus," kata dia.

Untuk mendekat dengan dunia anak masa kini, bukanlah pekerjaan mudah mengingat sejumlah sekolah masih terkendala sarana dan prasarana.

Lantaran itu, Kota Palembang untuk kali pertama menggelar UNBK bagi SMA Negeri karena pada tahun lalu hanya satu sekolah swasta yang mampu melaksanakannya yakni SMA Xaverius 1.

Kepala Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga Kota Palembang Ahmad Zulinto mengatakan, karena itu pelaksaan ujian terpaksa dilakukan dalam tiga sesi yakni dua sesi di pagi hari dan satu sesi di sore hari karena keterbatasan jumlah komputer yang hanya 90 unit.

"Dari pusat sudah mengaturnya bisa seperti itu, jadi jika siswanya banyak bisa tiga sesi, tapi jika siswanya sedikit bisa dua sesi saja. Sementara di SMA Negeri 5 ini ada 249 siswa," kata dia.

Karena itu pula, setiap hari hanya diujikan satu mata pelajaran sehingga masa ujian menjadi enam hari yakni Senin (4/4) hingga Kamis (7/4), dan Senin (11/4) - Selasa (12/4).

Peserta Ujian Nasional ini dibagi dalam tiga sesi waktu, yakni pukul 7.30-9.30 WIB, 10.30-12.30 WIB, dan 14.00-15.00 WIB. 

"Harapannya, ke depan bakal ada bantuan sarana dan prasarana sehingga tidak perlu ada ujian di siang hari. Ini berkaitan dengan tingkat kesegaran siswa," kata dia.

Untuk itu, pemerintah kota sangat mendukung jika Komite Sekolah berinisiatif membantu kebutuhan sekolah seperti menyumbang beberapa unit komputer seperti yang terjadi di SMA Negeri 5 Palembang.

"Namun, ini untuk sekolah yang mampu. Jika tidak mampu tidak usah dipaksakan karena secara manual masih diperbolehkan. Tapi ke depan, semua sekolah harus didorong menggelar UN Berbasis Komputer karena ini mendekatkan dengan dunia anak saat ini," kata Zulinto.

                                           Bantuan Kumite Sekolah
Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan Komite Sekolah harus berperan aktif dalam membantu pemenuhan sarana dan prasarana belajar dan mengajar mengingat anggaran dari pemerintah untuk pendidikan sangat terbatas.

"Jika hanya mengharapkan dari pemerintah jelas tidak cukup meski negara sudah mengalokasikan hingga 20 persen dari APBN. Oleh karena itu, bantuan orangtua murid melalui Komite Sekolah sangat dibutuhkan," kata Harnojoyo seusai memantau pelaksanaan UN Berbasis Komputer di SMA Negeri 5 Palembang, Senin.

Ia mengemukakan melalui Komite Sekolah ini dapat digalang dana dari orangtua siswa untuk pengadaan sarana seperti komputer sehingga sekolah dapat melaksanakan ujian berbasis komputer.

"Untuk UN Berbasis Komputer ini tidak mudah dilaksanakan, bukan karena siswanya yang tidak mampu tapi sarana dan prasarananya sangat terbatas. Jika ada orangtua siswa yang mau menyumbang, apa salahnya demi kemajuan sekolah," kata dia.

Ia juga berharap pihak swasta juga memiliki kepedulian untuk memajukan pendidikan di Kota Palembang dengan menyalurkan dana tanggung jawab sosialnya.

"CSR perusahaan-perusahaan swasta silakan masukkan ke sekolah, karena masih banyak yang butuh bantuan," ujar dia.

Di tengah masih rendahnya persentase sekolah yang sudah menjalankan UN Berbasis Komputer, Harnojoyo sangat optimistis bahwa tak berapa lama lagi Kota Palembang akan seratus persen melaksanakannya.

"Saat ini saja sudah banyak anak yang memakai komputer jinjing (laptop), jadi bisa saja dalam dua atau tiga tahun mendatang sudah bisa 100 persen," kata dia.

Kepala SMA Negeri 5 Palembang Budiono Marihan mengatakan sekolahnya merencanakan UNBK pada tahun lalu namun karena keterbatasan jumlah komputer maka terpaksa diundur pada tahun ini setelah mendapat bantuan dari Komite Sekolah.

"Dibutuhkan 90 unit komputer dengen speksifikasi yang layak karena akan dihubungkan dengan server, dan tahun ini baru terwujud sehingga ujian bisa dilakukan tiga sesi dengan membagi 249 siswa," kata Budiono.

Sebanyak 34 sekolah SMP dan SMA di Palembang menggelar UN Berbasis Komputer tahun ini atau mencapai 33 persen dari total sekolah atau sekitar 66 persen dari jumlah siswa untuk SMA dan 19 persen untuk SMP.

Sebagian besar anak-anak dan remaja di Indonesia saat ini sudah mengakses internet secara teratur untuk mencari informasi untuk studi mereka, bertemu dengan teman-teman, dan menghibur diri.

Namun, tentunya, negara ini juga tidak menutup mata bahwa masih banyak sekolah dengan sarana dan prasarana minus sehingga sangat membutuhkan peran dari berbagai pihak untuk mengulurkan bantuan agar UNBK benar-benar terselenggara secara menyeluruh.