Perbankan belum "jemput bola"

id bank, perbankan, kredit, umkm

Perbankan belum "jemput bola"

Ilustrasi--Petugas salah satu bank syariah memberikan penjelasan tentang produk syariah pada Expo Keuangan Perbankan Syariah di salah satu mall Kota Palembang,Kamis (24/3). (Foto Antarasumsel.com/Feny Selly/16/den)

Palembang (ANTARASumsel) - Sektor pembiayaan formal seperti perbankan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dinilai belum "jemput bola" dalam menyalurkan kredit, kata Deputi Bidang Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Eddy Putra Irawady.

"Kondisi ini pula yang sejatinya menjadi penyebab mengapa realisasi kredit, khusus untuk sektor UMKM melalui perbankan dan LPDB tergolong rendah," kata Eddy di Palembang, Senin.

Meski sejumlah perbankan sudah berubah "mindset" atau pola pikir, tapi dipastikan masih banyak yang menerapkan cara lama yakni menunggu nasabah yang datang untuk mengakses pinjaman.

"Kalangan UMKM ini sangat minim aksesnya terhadap lembaga formal, sementara di satu sisi, banknya sendiri kurang penjemputan sehingga tidak heran meski bunga KUR sudah diturunkan hingga 9 persen belum terlalu berdampak signifikan pada perekonomian," ujar dia.

Sementara itu, berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Selatan diketahui bahwa penyerapan dana pinjaman dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di Sumatera Selatan hanya terealisasi Rp36 miliar sejak dijalankan pada 2008.

Meski suku bunga yang diberikan hanya tujuh persen per tahun , namun tetap tidak memacu kalangan pelaku usaha mikro untuk memanfaatkannya karena tidak adanya penjemputan dan pendampingan.

Untuk itu, menurut Eddy, dalam waktu dekat pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan ke-12 yang dikhususkan bagi kalangan yang sulit mengakses lembaga formal.

"Nanti bagi mereka yang sulit bankable akan dibantu melalui paket kebijakan ke-12, mengenai detailnya nanti Presiden yang akan mengumumkan sendiri," ucapnya.

Bagi Sumsel sendiri, paket kebijakan ini sangat penting karena terdapat ribuan pelaku usaha mikro kecil dibidang tekstil, makanan dan minuman yang selama ini belum mengakses bank.