Filosofi Kopi, bagian adaptasi diri Dee

id Dewi Lestari, Dee

Filosofi Kopi, bagian adaptasi diri Dee

Dewi Lestari saat "15 Tahun Supernova: Bintang Jatuh Hingga Embun Pagi", di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu (28/2/2016). (Foto Antaranews.com/Nanien Yuniar)

...Saya mulai berteman dengan "hantu siang hari", saya mulai membiasakan diri menulis di siang hari. Filosofi Kopi itu bagian dari adaptasi saya. Bentuknya cerita pendek...
Jakarta (ANTARA Sumsel) - Sebagian dari penyuka karya penulis Dewi Lestari Simangunsong (atau Dee) mungkin tahu bahwa buku Filosofi Kopi itu kumpulan 18 cerita pendek dan prosa tulisan Dee. Namun, bagi Dee karya itu tak lain bentuk strateginya rehat dari menulis novel.

"Ketika saya tidak punya cukup nafas untuk menulis novel, saya mulai berkarya pendek. Itu strategi," kata dia di sela penyelenggaraan ASEAN Literary Festival 2016 di Jakarta, Sabtu. Sembari tersenyum, dia berkisah Filosofi Kopi dibuat saat dia hamil anak pertama. Saat itu dia mengaku belum menemukan ritme untuk menulis novel.

"Kalau saya buat kumpulan cerpen, hati-hati. Karena kemungkinan saya sedang hamil. Kenapa buat Filosofi Kopi? Waktu itu saya baru punya anak pertama. Saya belum menemukan ritme menulis novel," tutur penulis Supernova itu.

Bagi Dee, menulis novel ibarat lari marathon yang membutuhkan nafas panjang.

"Kalau menulis novel itu ibarat marathon, membutuhkan nafas sangat panjang. Sebelumnya saya masih single, lalu terbut tiga buku berturut-turut. Ketika mempunya anak, dunia saya berubah," kata dia.

Dee berbagi, Filosofi Kopi bagian dari adaptasi dirinya. Semula dia selalu menulis di malam hari, namun setelah memiliki anak dirinya mulai berteman dengan "hantu siang hari".

"Saya mulai berteman dengan "hantu siang hari", saya mulai membiasakan diri menulis di siang hari. Filosofi Kopi itu bagian dari adaptasi saya. Bentuknya cerita pendek," kata dia.