Enam LSM internasional deklarasi pengelolaan lanskap Sumsel

id sinarmas, app, lingkungan, lanskap

Enam LSM internasional deklarasi pengelolaan lanskap Sumsel

Gubernur Sumsel Alex Noerdin (kiri) dan Country Manager ZSL Indonesia Hadrianus Andjar Rafiastanto (tengah), dan Direktur APP Sinar Mas Suhendra Wiriadinata (dua kanan) menunjukkan papan deklarasi kemitraan pengelolaan lanskap di Palembang, Kamis (2

...Tahun ini bagaimana caranya agar zero kebakaran hutan dan asap. Saya tidak mau lagi disebut gubernur asap oleh warga Singapura...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Sebanyak enam Lembaga Sosial Masyarakat internasional asal Belanda, Inggris, dan Norwegia mendeklarasikan organisasinya sebagai bagian dari kemitraan pengelolaan lanskap di Sumatera Selatan.

Enam LSM itu, The Sustainable Trade Initiative (IDH) Belanda, United Kingdom Climate Change Unit (UKCCU) Inggris, NICFI Norwegia, Zoological Society of London (ZSL) Inggris, Yayasan Belantara, Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) BioClime Belanda menghadiri menandatangani nota kesepahaman bersama di Palembang, Kamis.

Selain itu, dari dalam negeri, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang diwakili Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin juga menggandeng Asia Pulp And Paper dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit masuk dalam deklarasi kemitraan pengelolaan lanskap tersebut.

Alex Noerdin mengatakan untuk pertama kali deklarasi terkait kesediaan untuk membantu suatu daerah dalam memperbaiki lingkungan terjadi di Indonesia.

Hal ini menjadi catatan sejarah tersendiri bagi Sumatera Selatan dan Indonesia karena deklarasi ini dilakukan langsung Direktur Asia Pulp And Paper Sinar Mas Suhendra Wiriadinata, CEO Yayasan Belantara Agus Sari, Head of Operation ZSL Inggris Alasandair Macdonald, Country Manager ZSL Indonesia Hadrianus Andjar Rafiastanto, dan turut dihadiri LSM internasional lainnya.

"Untuk kali pertama LSM internasional secara keroyokan membantu suatu daerah, mencapai hingga enam LSM internasional. Komitmen ini juga diperkuat Sumatera Selatan dengan melibatkan perusahaan perkebunan APP Sinar Mas, dan BPBD Kelapa Sawit," kata Alex.

Alex mengatakan kehadiran para negara donor ini menunjukkan komitmen bersama warga dunia untuk melestarikan lingkungan yang saat ini menjadi tanggung jawab bersama.

"Sumsel sebenarnya malu karena apa yang terjadi di sini seharusnya menjadi tanggung jawab sendiri. Jadi jika Sumsel tidak serius maka akan lebih malu lagi," kata dia.

Pada peristiwa kebakaran hutan dan lahan tahun lalu, Sumsel bekerja keras untuk memadamkan dengan mendatangkan 19 unit pesawat water bombing dan melibatkan tiga negara yakni Singapura, Malaysia, dan Australia.

Namun, menurut Alex upaya itu terbilang tidak terlalu berdampak dan pada akhirnya kebakaran itu terhenti dengan sendirinya karena hujan yang turun.

"Tahun ini bagaimana caranya agar zero kebakaran hutan dan asap. Saya tidak mau lagi disebut gubernur asap oleh warga Singapura. Untuk itu, perlu keseriusan dalam pencegahan, dan Sumsel sangat menyambut baik bantuan dari luar," kata Alex.

Direktur APP Sinar Mas Suhendra Wiriadinata mengatakan perusahaannya telah menyalurkan dana untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan dan pemulihan lingkungan ke Yayasan Belantara sejumlah 10 juta dollar AS.

Selain itu, perusahaan juga mengalokasikan 10 juta dolar AS untuk pembentukan desa makmur peduli api, dan infrastruktur pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang mencapai 20 juta dolar.

"APP dan Yayasan Belantara juga telah melakukan MoU dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Unit IV Meranti, Kabupaten Musi Banyuasin tentang kerja sama pengelolaan kawasan hutan lindung dengan kegiatan restorasi dan perlindungan hutan berbasis masyarakat," kata Suhendra.

Sementara Direktur Eksekutif Yayasan Belantara Agus Sari mengatakan akan berfokus pada penguatan kawasan Taman Nasional Sembilan dan Kawasan Hutan Dangku dengan luas areal mencapai 150.000-200.000 hektare.

"Apa yang akan dilakukan Yayasan Belantara sebenarnya lebih kepada penyelesaikan akar persoalan yakni bagaimana menyejahterakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan sehingga mereka tidak lagi melihat hutan untuk memenuhi kebutuhannya," kata dia.

Sumatera Selatan menarik perhatian pada saat peristiwa kebakaran hutan dan lahan pada 2015 karena terdapat setidaknya 736.563 hektare lahan yang terbakar dan 74 persennya berada di dalam area konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI).