BKBPP: minat peserta KB pria masih rendah

id bkbpp pemkab oku, kb, keluarga berencana, kontrasepsi

BKBPP: minat peserta KB pria masih rendah

Seorang petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan sejumlah alat kontrasepsi di Jakarta, Selasa (29/12) (ANTARA FOTO)

Baturaja (ANTARA Sumsel) - Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Pemkab Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan menyatakan minat untuk menjadi peserta keluarga berencana pria menggunakan kontrasepsi mantap atau vasektomi di daerah ini masih rendah.

"Kesadaran pria atau suami ikut keluarga berencana (KB) sebetulnya tinggi, tapi keikutsertaan masih rendah baru sekitar 30 persen dari jumlah peserta KB keseluruhan," kata Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Ogan Komering Ulu (OKU) melalui Kabid Pengendalian keluarga berencana kesehatan reproduksi, Faruk Hendi di Baturaja, Sabtu.

Dikatakannya, kesadaran tinggi dan salah satu barometernya suami tidak menghalangi istri masuk KB dan kalau istri minta diantar ke pelayanan KB, suami biasanya mengantarkannya.

Hanya saja partisipasi/keikutsertaan pria ber KB sekarang ini masih rendah, karena disebabkan belum maksimalnya dukungan jenis alat kontrasepsi pria.

Saat ini, kata dia, hanya terdapat dua jenis KB pria yakni kondom dan vasektomi.

"Kendalanya ketersediaan alat kontrasepsi pria cuma ada dua, yakni vasektomi dan kondom saja. Sedangkan kalau perempuan banyak," kata Faruk usai mengikuti kegiatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat di Desa Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur.

Kendala lainnya adalah faktor psikologis, masyarakat/pria khususnya masih berpandangan bahwa vasektomi akan mengurangi kejantanan lelaki, katanya.

Memang, pria khawatir kejantanannya tidak berfungsi lagi, padahal vasektomi ini bukan kebiri, karena cuma mengikat atau disebut kontrasepsi mantap.

Akan tetapi memang biayanya besar dan alatnya cuma ada di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, katanya.

Ia mengaku, melakukan banyak hal termasuk membagikan buku khutbah berthema KB dari pusat, supaya keikutsertaan kaum pria tinggi dalam ber KB.

Namun demikian, masyarakat OKU khususnya kalangan menengah ke atas, rata-rata sudah menerapkan stigma KB dua anak cukup.

"Yang masih diragukan adalah masyarakat pinggiran, jauh dari tempat pelayanan KB. Makanya gerakan kami sosialisasi KB sekarang condong mengarah ke desa-desa yang jauh," katanya.