Ogan Komering Ilir gunakan WhatsApp tanggap api

id whatapp, aplikasi whatapp, pemkab oki, ogan komering ilir, kebakaran lahan, kebakaran hutan

Ogan Komering Ilir gunakan WhatsApp tanggap api

Ilustrasi - Kebakaran lahan di Desa Pulo Geronggang, Kab Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel (Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/15/den)

Kayuagung,  (ANTARA Sumsel) - Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, memperkuat komunikasi antarpemangku kepentingan melalui grup WhatsApp Tanggap Api untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan.

Sekretaris Daerah Kabupaten OKI Husin di Kayuagung, Senin, mengatakan jaringan komunikasi tim pencegahan kebakran hutan dan lahan, mengnggunakan media sosial WhatsApp (WA).

"Komunikasi atau koordinasi melalui WA jadi sangat simpel, melalui group yang diberinama OTA (Ogan Komering Ilir Tanggap Api)," kata Husin.

Grup media sosial ini beranggotakan jajaran Pemkab OKI, Polres, Polsek, Kodim, BMKG, BKSDA, Manggala Agni, Lanud Palembang seluruh camat, perusahaan hingga koordinator posko Karhutla.

"Setiap hari, melalui perangkat canggih yang terhubung dengan satelit, rutin diinformasikan sebaran hotspot, dan perkiraan cuaca," kata dia.

Ia melanjutkan, dari informasi di WA ini juga didapatkan data mengenai jumlah titik api sehingga tim yang berada di kecamatan terkait dapat langsung bergerak.

"Dalam WA ini juga,upaya-upaya yang telah dilakukan juga rutin dilaporkan," kata dia.

Dandim O402/OKI Letkol Kav Dwi Irbaya Sandra mengatakan selain mengoptimalkan jaringan komunikasi, TNI bersama Pemkab OKI juga sudah menyiagakan posko-posko karhutla yang tersebar di 18 Kecamatan di Kabupaten ini.

"Selain itu posko ini menyebar di 6 Kecamatan Jejawi, Pangkalanlampam, Pedamaran Timur, Tanjung Lubuk, dan Teluk Gelam," kata Dwi

Selain itu, menurut Dwi, upaya pencegahan ini didukung penuh oleh perusahaan melalui program desa siaga peduli api dan masyarakat peduli api.

"Dengan adanya posko dan relawan yang menyebar upaya pencegahan berjalan dengan efektif dan lebih meringankan untuk mengatasi karhutla," kata Dwi.

Kepala Seksi Informasi dan Observasi BMKG SMB II Agus Santosa mengatakan wilayah Sumatera Bagian Selatan mulai memasuki musim kemarau dan cenderung mulai memasuki cuaca ekstrem.

Tingkat kelembaban cuaca akhir Juni sampai Juli telah kering karena mencapai 50 persen.

"Walau belum terpantau ada kabut asap, harus tetap waspada dan melakukan antisipasi mengingat suhu udara sudah mulai panas khususnya di wilayah lahan gambut Sumsel yang sudah ada yang tidak hujan selama 20 hari," kata dia.