Pemerintah bangun koordinasi antarpihak kelola Sembilang-Dangku

id Tanam Nasional Sembilang, Suaka Margasatwa Dangku, pemkab banyuasin, dinas kehutanan banyuasin

Pemerintah bangun koordinasi antarpihak kelola Sembilang-Dangku

Puluhan juta burung migran dari berbagai belahan dunia menetap sementara di Semenanjung Taman Nasional Sembilang, Sungai Bungin, Banyuasin, Sumsel. (Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/15/den)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Pemerintah kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, membangun koordinasi antarpihak terkait dengan rencana mengelola lanskap Tanam Nasional Sembilang dan Suaka Margasatwa Dangku.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banyuasin Syuhada di Palembang, Kamis, mengatakan, koordinasi ini sangat penting mengingat dalam perbaikan lingkungan berkaitan dengan banyak pihak yakni pemerintah, perusahaan, lembaga sosial masyarakat dan masyarakat.

"Koordinasi dan komunikasi sudah dibangun sejak tahun lalu untuk mempersiapkan implementasi nyata di Sembilang-Dangku pada November 2016-Maret 2018," kata yang dijumpai seusai Forum Grup Diskusi Pengelolaan Lanskap Sembilang-Dangku.

Pemkab Banyuasin mendukung penuh rencana Pengelolaan Lanskap Sembilang Dangku (Kelola Sendang) yang digagas sejumlah NGO internasional dengan dikoordinir Zoological Society of London (ZSL) dan beranggotakan, The Suistainable Trade Iniatiative (IDH), Deltares, SNV Netherlands Development Organization, Daemeter Consulting dan Forest People Programme (FPP).

Dukungan ini terkait pentingnya Sembilang-Dangku dalam upaya pelestarian lingkungan.

Data Pemkab Banyuasin menyatakan bahwa dari 200.000 hektare lahan gambut di kabupaten ini diketahui sebanyak 150.000 hektare berada di TN Sembilang.

Sementara di sisi lain, lokasi TN Sembilang berada dekat dengan desa sehingga sangat rawan terjadi konflik kepentingan.

Bahkan ada dua desa yang berada berdampingan dengan TN Sembilang sehingga masyarakatnya sudah biasa mengakses hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Saat ini koordinasi dibangun, untuk menemukan formula ideal dalam mengelola lanskap Sembilang-Dangku. Harapannya, formula ini dapat digunakan terus menerus sehingga ada keberlangsungannya," kata dia.

Sementara itu, Ketua Proyek Kelola Sendang Prof Damayanti mengatakan, dua lokasi ini dipilih karena sangat rawan terjadi pengalifungsian akibat tingginya kebutuhan manusia, dan bencana kebakaran hutan dan lahan.

Dua lokasi ini memiliki luas 1,6 juta hektare dengan 145 ribu rumah tangga, 465 ribu jiwa.

"Jika tidak ditemukan suatu formula ideal bagaimana beragam kepentingan ini dapat saling berdampingan maka desforestasi dipastikan akan terus terjadi," katanya.

ZSL menggagas ini, kata dia, karena selama ini belum ditemukan formulanya, diharapkan apa yang dilakukan di Sumsel ini dapat jadi percontohan di dunia.