BMKG: Sumsel dalam status aman bahaya kebakaran hutan

id bmkg sumsel, bmkg, titik panas, hotspot, titik api, kebakaran lahan, kebakaran hutan

BMKG: Sumsel dalam status aman bahaya kebakaran hutan

Ilustrasi-Helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melalui udara (water bombing) di Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, Kamis (11/8). (Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/16/d

Palembang (ANTARA Sumsel) - Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan dalam status aman dari bahaya kebakaran hutan dan lahan berdasarkan analisis parameter cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika per 21 Agustus 2016.

Kepala Seksi Informasi dan Observasi BMKG Sumatera Selatan Agus Santosa di Palembang, Minggu, mengatakan, status biru dalam peta analisis atau berarti aman ini karena terjadi hujan hampir di seluruh wilayah Sumatera Selatan dengan intensitas tinggi dalam beberapa jam dalam dua hari terakhir.

"Kondisi ini berbeda jika dibandingkan pada 4-19 Agustus 2016 yang menempatkan wilayah Sumsel berkategori merah yang berarti mudah terbakar," kata dia.

Analisis ini juga berbanding lurus dengan sebaran titik panas (hotspot) pada 20 Agustus 2016 yang hanya terdeteksi di Musi Rawas berjumlah empat titik panas.

Hal ini sejalan dengan perkiraan BMKG bahwa periode musim kemarau 2016 akan mengalami kondisi lebih basah.

Pada bulan Juni 2016, BMKG pun memprediksi bahwa beberapa wilayah 27,2 persen hingga saat ini belum memasuki musim kemarau, dan masih terus terjadi curah hujan yang tinggi.

"Situasi ini menegaskan terjadinya `kemarau basah` atau sering dikenal pula `wet spell," kata dia.

Berdasarkan hasil monitoring dinamika atmosfer sampai dengan pertengahan Agustus 2016 menunjukkan indeks ENSO mencapai -0.51 yang berkorelasi dengan intensitas La Nina dengan berkategori lemah.

Sebagian besar lembaga internasional memprediksi terjadinya La Nina mulai Agustus, September, Oktober.

Bersamaan dengan La Nina terjadi juga fenomena Indian Ocean Dippole Mode (IOD) negatif sejak Mei 2016, kondisi ini diprediksi bertahan hingga November 2016.

Sementara itu, anomali Suhu Muka Laut yang hangat disekitar perairan Indonesia akan menambah tingginya curah hujan di Sumatera dan Jawa bagian Barat.

Pada bulan Mei dan Juni 2016 titik panas di sejumlah wilayah sudah mulai menurun, tetapi pada Agustus 2016, titik panas ada di sejumlah wilayah Riau, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan.

"Kondisi ini tidak separah 2015, meski demikian Sumsel tetap harus waspada karena terdapat 1,4 juta hektare lahan gambut di sini," kata dia.