Cara petani Sumsel menyiasati anjloknya harga karet-sawit

id petani, karet, sawit, conoco, conocophilips, anjloknya harga petani, ekspor, sumsel, harga, penghasilan, ikan air tawar

Cara petani Sumsel menyiasati anjloknya harga karet-sawit

Ilustrasi - Seorang petambak memberi pakan ikan. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

...Dalam kondisi kesulitan keuangan, mendorong petani untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat memberikan penghasilan tambahan yang tentunya dengan jalan benar dan tidak melanggar hukum...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Masa keemasan petani karet dan kelapa sawit di Sumatera Selatan meredup seiring anjloknya harga kedua komoditas ekspor itu sejak beberapa tahun terakhir.

Anjloknya harga komoditas ekspor itu dalam kurun waktu yang cukup panjang lebih dari tiga tahun membuat petani yang mengandalkan penghasilan keluarganya dari kebun karet dan sawit mengalami kesulitan keuangan.

Dalam kondisi kesulitan keuangan, mendorong petani untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat memberikan penghasilan tambahan yang tentunya dengan jalan benar dan tidak melanggar hukum.

Untuk menyiasati kondisi sulit tersebut agar bisa tetap hidup layak bersama keluarga, petani di Kabupaten Musi Banyuasin yang merupakan salah satu daerah penghasil karet dan kelapa sawit terbesar di Sumsel, membuat usaha sampingan memanfaatkan lahan perkarangan rumah.

Ratusan petani di Kabupaten Musi Banyuasin memanfaatkan pekarangan rumah untuk usaha sampingan menyiasati anjloknya harga karet dan kelapa sawit dengan melakukan budi daya ikan air tawar.

Sunardi salah seorang petani di Desa Suka Maju, Kecamatan Babat Supat, Musi Banyuasin menjelaskan bahwa dia bersama rekan-rekannya seprofesi mencoba membangun usaha sampingan.

"Sekarang ini harga karet dan kelapa sawit anjlok, jika tidak memiliki usaha sampingan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan baik," ujarnya.

Selama ini petani fokus pada kegiatan mengelola perkebunan karet dan kelapa sawit yang memberikan hasil yang cukup besar dan penghidupan yang layak.

Dengan kondisi anjloknya harga kedua komoditas yang selama ini menjadi andalan sebagai sumber penghidupan keluarga, dia bersama petani di daerahnya berusaha membuat usaha sampingan dengan memanfaatkan perkarangan yang ada di depan dan samping rumah.

Usaha yang cocok dan mampu dikembangkan adalah budi daya ikan air tawar, pilihan mengembangkan usaha sampingan itu sekarang ini membuahkan hasil yang menggembirakan dan benar-benar membantu mengatasi masalah keuangan keluarga.

Kegiatan budi daya ikan yang dikembangkan petani Desa Suka Maju dengan cara membuat tambak plastik/terpal bagi yang tidak memiliki lahan perkarangan yang luas dan bagi yang memiliki lahan luas membuat tambak tanah.

Ikan yang dibudidayakan petani sekarang ini masih terbatas atau disesuaikan dengan banyaknya permintaan masyarakat seperti ikan lele, nila, dan ikan patin.

Usaha sampingan petani tersebut setiap pekannya bisa menghasilkan ikan sekitar 3-5 ton sepekan dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di sejumlah desa dalam wilayah Kecamatan Babat Supat dan Sungai Lilin.

Dengan adanya usaha sampingan itu, anjloknya harga karet dan kelapa sawit tidak menjadi masalah lagi, karena biaya kehidupan dapat diatasi dengan hasil penjualan ikan.

Dari hasil penjualan ikan, petani di desa ini bisa mendapatkan uang sekitar Rp1 juta setiap pekannya, yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sekolah anak.

Selain usaha budi daya ikan, ibu-ibu di desa tersebut membantu penghasilan keluarga dengan membuat kebun sayuran hidroponik, kata dia.

         Budi Daya Ikan dan Sayuran

Menghadapi situasi sulit berkurangnya pendapatan akibat anjloknya harga jual hasil karet dan kelapa sawit, petani di Kabupaten Musi Banyuasin tidak sendirian.

Perusahaan minyak dan gas bumi ConocoPhillips yang melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin berupaya mendukung petani membangun usaha sampingan memanfaatkan lahan perkarangan rumah.

Vice President Conoco Phillips Joang Laksanto pada acara silaturahmi dengan wartawan dan petani penerima bantuan program CSR di Palembang akhir Juli 2016 menjelaskan bahwa pihaknya berupaya mendukung usaha yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat/petani di salah satu wilayah operasionalnya itu.

Untuk mendukung pemanfaatan perkarangan itu, pihaknya menyiapkan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR) berupa keterampilan budi daya ikan air tawar dan mengelola tanaman hidroponik.

Khusus untuk mengembangkan usaha budi daya ikan, pihaknya berupaya membekali masyarakat dengan keterampilan budi daya ikan mendatangkan ahli budi daya ikan dari sejumlah lembaga dan perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.

Masyarakat di Desa Suka Maju, Kecamatan Babat Supat pada awal program CSR itu dijalankan tidak banyak yang tertarik mengelola tambak ikan.

Pada awalnya hanya ada 15 kelompok masyarakat yang tertarik mengikuti program CSR budi daya ikan, namun kini berkembang menjadi 86 kelompok setelah melihat peserta program itu berhasil mengelola tambak ikan lele, nila, dan patin, serta mendapatkan penghasilan yang cukup besar.

Melihat program tersebut cukup diminati dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di sekitar daerah operasional perusahaan energi ini, pihaknya akan mencoba mengembangkan program tersebut sehingga diharapkan kebutuhan ikan masyarakat daerah ini dapat dipenuhi sendiri bahkan bisa dipasok ke daerah lain di dalam dan luar Sumatera Selatan, ujarnya.

Sedangkan untuk mengembangkan usaha sayuran, ConocoPhillips melatih istri/keluarga petani menanam beberapa jenis sayuran dengan teknik hidroponik.

Kegiatan itu dilakukan untuk mendorong ibu-ibu/keluarga petani untuk membantu mengatasi masalah keuangan dengan memanfaatkan waktu luang mengolah lahan pekarangan rumah yang selama ini kurang produktif.

Mengajarkan keterampilan menanam sayuran hidroponik dengan mendatangkan ahli di bidangnya yang telah diprogramkan sejak 2014 itu, cukup bermanfaat dan mampu membantu petani memperoleh penghasilan tambahan untuk mengatasi masalah keuangan keluarga mereka akibat anjloknya harga karet dan kelapa sawit, katanya.

Tanaman sayuran hidroponik yang dikembangkan petani karet bersama keluarganya di desa tersebut seperti kangkung, slada, pakcoi, dan sawi.

Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sayuran itu bisa dijual ke pasar tradisional sekitar 50 kilogram per hari.

Melihat keterampilan menanam sayuran hidroponik itu memberikan mamfaat yang cukup besar bagi peningkatan pendapatan keluarga petani karet, program CSR itu akan dilanjutkan dan terus dikembangkan, kata Joang.

Sementara salah seorang istri petani karet peserta program CSR keterampilan menanam sayuran hidroponik di Desa Suka Maju, Maryanti menjelaskan bahwa bekal keterampilan yang diberikan ConocoPhillips itu sangat membantu mereka.

Pekarangan rumah yang selama ini dibiarkan kosong, kini dimanfaatkan untuk menanam aneka jenis sayuran dan memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga mereka.

Dengan adanya kemampuan menanam sayuran hidroponik, istri petani karet yang selama ini hanya mengurusi pekerjaan rumah tangga kini bisa memanfaatkan waktu luang untuk mengelola tanaman serta melakukan pekerjaan yang dapat menghasilkan uang tambahan, kata istri petani itu menambahkan.