BMKG: peningkatan curah hujan pengaruh dipole mode

id bmkg, fenomena dipole mode, dipole mode negatif, dipole mode, anomali temperatur

BMKG: peningkatan curah hujan pengaruh dipole mode

Kasi Data dan Informasi Staklim Kenten BMKG Sumsel Indra Purnama. (Foto Antarasumsel.com/15/Yudi Abdullah)

...Fenomena dipole mode negatif kuat yakni peningkatan anomali temperatur permukaan laut di wilayah Indonesia bagian barat dan penurunan anomali temperatur permukaan laut di wilayah India bagian timur...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Sumatera Selatan menjelaskan bahwa peningkatan curah hujan di provinsi itu dan daerah lainnya pada Oktober 2016 dipengaruhi fenomena dipole mode negatif kuat.

"Fenomena dipole mode negatif kuat yakni peningkatan anomali temperatur permukaan laut di wilayah Indonesia bagian barat dan penurunan anomali temperatur permukaan laut di wilayah India bagian timur," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumsel Indra Purna di Palembang, Rabu.

Melihat kondisi cuaca tersebut, diimbau kepada masyarakat di provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota itu agar meningkatkan kewaspadaan karena sewaktu-waktu bisa terjadi bencana.

Dia menjelaskan perlunya diwaspadai cuaca pada Oktober hingga Desember 2016 karena secara normal bulan-bulan tersebut adalah musim hujan dan ditambah dengan fenomena dipole mode negatif kuat sehingga curah hujan diprakirakan meningkat dibandingkan dengan kondisi normal.

Peningkatan anomali temperatur permukaan laut di wilayah Indonesia bagian barat dan penurunan anomali temperatur permukaan laut di wilayah India bagian timur mengakibatkan uap air di wilayah tersebut tertarik ke wilayah Indonesia bagian barat yang menyebabkan sekarang ini curah hujan lebih banyak terjadi.

Curah hujan pada Oktober-Desember 2016 diprakirakan mencapai di atas 400 milimeter per bulannya padahal dalam kondisi normal berkisar 301 hingga 400 milimeter.

Menurut dia, selain perlu meningkatkan kewaspadaan kemungkinan terjadinya banjir dan tanah longsor, pada musim hujan sekarang ini masyarakat juga diimbau mewaspadai berbagai penyakit, seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, flu, batuk, serta diare.

"Dengan kewaspadaan yang tinggi diharapkan masyarakat bisa terhindar dari kerugian harta benda dan jiwa, serta dapat diminimalkan timbulnya gangguan kesehatan masyarakat dampak musim hujan sekarang ini," kata Indra.

Kepala Dinas Sosial Sumsel Apriyadi mengatakan melihat kondisi cuaca pada Oktober ini mulai banyak turun hujan, pihaknya meningkatkan kesiapsiagaan dan menyiapkan bantuan tanggap darurat, berupa bahan makanan dan peralatan pendukung guna membantu masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi bencana.

Dalam kondisi tersebut, katanya, potensi banjir dapat terjadi di Kota Palembang dan daerah lain di sekitar aliran sungai, seperti Muaraenim, Empat Lawang, Musirawas, Lahat, Musirawas Utara, Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Ogan Ilir.

Bencana tanah longsor berpotensi terjadi di bagian barat Sumatera Selatan, yakni Lahat, Pagaralam, Empat Lawang, Musirawas, Ogan Komering Ulu Selatan, serta sebagian Ogan Komering Ulu dan Muaraenim.

"Untuk membantu masyarakat jika terjadi suatu bencana, selaku koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) pihaknya siap memfasilitasi 800 relawan Tagana untuk turun membantu dan menyelamatkan masyarakat di sejumlah daerah rawan bencana itu," kata Apriyadi.