Sumsel akan bangun "Belt Conveyor" batu bara

id batubara, fasilitas angkutan batubara

Sumsel akan bangun "Belt Conveyor" batu bara

Potensi batu bara Sumsel (Foto Antarasumsel.com)

Palembang (Antarasumsel.com) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan akan membangun belt conveyor sepanjang 213 kilometer dari Kabupaten Lahat menuju pelabuhan laut Tanjung Api Api, Kabupaten Banyuasin untuk memudahkan pengangkutan batu bara.

Kepala Bidang Pertambangan Umum Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Selatan Aries Syafrizal, di Palembang, Jumat, mengatakan pembangunan belt conveyor itu untuk mengatasi permasalahan angkutan terjadi dari tahun ke tahun dalam penyaluran batu bara.

"Saat ini pemerintah tengah membahas rincian pembangunan belt conveyor dengan pihak investor, yakni PT Tanah Laut Tbk," katanya.

Belt conveyor adalah fasilitas yang digunakan untuk mengangkut material dengan kapasitas besar. Peralatan tersebut terdiri atas sabuk yang tahan terhadap pengangkutan benda padat termasuk batu bara.

Menurutnya, pemerintah telah merancang skema pengiriman yang akan dilakukan dengan menempatkan batu bara pada beberapa stasiun masuk (entry stations) yang berlokasi antara Tanjung Enim dan Lahat.

Selanjutnya batu bara disalurkan ke stasiun keluar (exit station) yang berada di kawasan Tanjung Api Api.

Batu bara itu dari stasiun keluar akan diangkut dengan kapal tongkang menuju sekitar empat mil ke sebuah terminal trans shipment permanen.

"Pilihan kawasan Tanjung Api Api menjadi muara penampungan batu bara karena nantinya menjadi kawasan industri untuk pengelolaan sejumlah komoditas unggulan di Sumsel, seperti batu bara, karet, dan kelapa sawit," katanya.

Hasil dari pengelolaan tersebut akan diekspor langsung ke beberapa negara, dan khusus untuk batu bara Sumsel biasanya akan dikirim ke beberapa daerah di Indonesia termasuk diekspor ke sejumlah negara, seperti Vietnam, Malaysia, Jepang, Thailand, dan Kamboja.

"Saat ini pemerintah masih berunding dengan pihak investor dan juga perusahaan batu bara di Sumsel terkait rencana pembangunan proyek itu," katanya.

Pemeritah berharap nota kesepahaman dapat segera dibuat, sehingga proses pembangunan dapat dilakukan pada 2017.

Produksi batu bara di Sumsel hanya berkisar 25 juta ton sampai 30 juta ton per tahun dari potensi mencapai 22,5 miliar ton, karena terkendala persoalan ketersediaan transportasi.

Dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan khusus angkutan batu bara, pembangunan jalur ganda kereta api dan sarana pengangkutan lain sampai tahun 2020, diharapkan Sumsel dapat memproduksi sekitar 50 juta ton batu bara per tahun, katanya.