OKI tawarkan lahan 10.000 hektare jadi sawah

id iskandar, oki, ogan komering ilir

OKI tawarkan lahan 10.000 hektare jadi sawah

Bupati Kabupaten Ogan Komering Ilir Iskandar (Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/15/den)

Kayuagung (Antarasumsel.com) - Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan menawarkan lahan seluas 10.000 hektare di kawasan Sepucuk menjadi sawah untuk menyerap dana hibah plus investasi yang ditawarkan negara donor sepanjang tahun 2017.

Bupati Ogan Komering Ilir Iskandar di Kayuagung, Kamis, seusai bertemu Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Nazir Foead mengatakan jika berminat memfasilitasi maka pemerintah kabupaten akan menyediakan lahan untuk program cetak sawah.

"Lahan ini memang diproyeksikan pemerintah kabupaten untuk hutan produksi, tapi jika bisa dijadikan sawah dengan teknologi yang dimiliki apa salahnya. Pemkab OKI siap memfasilitasinya karena lahan ini merupakan lahan tidur," kata dia.

Keinginan pemerintah kabupaten agar lahan ini termanfaatkan, tak lain untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau.

Lahan `tidur` (lahn belum termanfaatkan) yang pada umumnya bergambut ini selalu terbakar pada saat musim kemarau karena telah berubah menjadi semak belukar kering.

"Alasan utama membakar lahan karena warga ingin cara praktis buka lahan. Tapi jika dikelola dengan baik tentunya tidak ada lagi buka lahan dengan cara membakar, karena sudah diganti menggunakan eksavator," kata dia.

Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead di Palembang mengatakan, sejumlah negara donor telah bersepakat untuk memberikan tambahan bantuan ke tiga negara yakni Indonesia, Brazil, dan Liberia untuk pemulihan lingkungan dan peningkatan produksi pertanian senilai Rp1,6 triliun pada 2017 dalam bentuk hibah yang disandingkan dengan dana investasi.

Indonesia harus berjuang mendapatkan dana hibah plus investasi ini karena aliansi dari negara donor akan melihat negara yang memiliki program terbaik terkait pembagian alokasi bantuan.

Dalam World Economic Forum di Davos, Swiss, Januari 2017, para negara donor telah menyepakati komposisi pemberian bantuan yakni 1:5 untuk perbandingan antara dana hibah dan dana investor.

Sejauh ini negara donor yang diinisiasi Norwegia telah menggandeng dana investasi senilai 25 juta dolar dari Unilever, dan sejumlah bank internasional juga telah berkomitmen yakni Rabobank Belanda, UBS Swiss, BNP Paribas Prancis.

Penyandingan dana investor ini tidak lepas dari keinginan untuk memperkecil bunga jika pada akhirnya bantuan terserap oleh petani yakni berkisar 1-4 persen saja.

Sejauh ini, BRG telah memiliki rancangan program untuk ditawarkan agar dana hibah plus investasi itu dapat masuk ke Indonesia.

Salah satunya seperti yang sudah dilakukan di Kalimantan Selatan yakni pembukaan lahan sawah baru oleh investor pada lahan gambut tipis (kedalaman di bawah 1 meter).

Investor tersebut menanamkan modal Rp35 juta untuk mengolah lahan gambut seluas 1 hektare di Kalsel. Hasilnya, setelah terjadi perbaikan irigasi, investor yang bekerja sama dengan petani menghasilkan enam ton gabah kering giling dalam dua kali panen dan dilakukan sistem bagi hasil dengan investor.