Bayi gajah betina lahir di Way Kambas

id bayi gajah, Taman Nasional, Way Kambas, Subakir, Balai Taman Nasional Way Kambas

Bayi gajah betina lahir di Way Kambas

Ilustrasi Seekor induk Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) bersama anaknya. (ANTARA/Irwansyah Putra)

Lampung Timur (Antarasumsel.com) - Seekor bayi gajah betina telah lahir dalam kondisi sehat di hutan Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Senin.

Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Subakir di Lampung Timur, membenarkan kelahiran seekor bayi gajah betina di hutan taman nasional ini.

"Berita gembira telah lahir satu ekor bayi gajah betina hari ini di Elephant Respons Unit atau ERU Tegalyoso TNWK," kata Subakir.

Subakir menjelaskan bayi gajah yang baru dilahirkan dari induknya bernama Riska itu, memiliki berat badan 85 kg dan saat ini kondisinya sehat.

"Alhamdulillah kondisinya sehat, ini semua berkat dukungan dan doa semua pihak," kata Subakir.

Hutan TNWK adalah taman nasional perlindungan gajah di Provinsi Lampung tepatnya di Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, dengan luas 125.621,3 hektare.

Pada hutan Way Kambas ini, terdapat pula sekolah gajah (Pusat Latihan Gajah/Pusat Konservasi Gajah Way Kambas).

Sejumlah lembaga konservasi mengingatkan bahwa gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang hidup di hutan TNWK ini semakin berkurang jumlahnya.

TNWK berdiri pada 1985 dan mengembangkan sekolah gajah pertama di Indonesia, dengan nama awal Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, dan kemudian dikenal sebagai Pusat Konservasi Gajah (PKG) Way Kambas yang diharapkan mampu menjadi pusat konservasi gajah dalam penjinakan, pelatihan, perkembangbiakan, dan konservasi.

PKG Way Kambas setidaknya telah melatih sekitar 300 ekor gajah jinak yang terdidik dan terampil, dan sudah disebar ke sejumlah daerah di Indonesia.

Saat ini, terdapat pula Rumah Sakit Gajah di Way Kambas yang merupakan RS gajah pertama di Indonesia.

Di Way Kambas juga terdapat International Rhino Foundation (IRF) sebagai pusat penangkaran dan konservasi badak sumatera bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis) agar tidak punah.

Pada hutan TNWK terdapat pula sejumlah sata liar langka dan hampir punah di dunia, selain badak sumatera dan gajah sumatera, terdapat pula harimau sumatera, mentok rimba, dan buaya, serta sejumlah flora hutan hujan tropis, seperti api-api, pidada, nipah, dan pandan.

Pada wilayah pesisir TNWK yang berawa juga sering ditemukan berbagai jenis burung, antara lain bangau tongtong, sempidan biru, kuau raja, burung pependang timur, dan burung rangkok serta beberapa burung jenis langka dan endemis hutan ini lainnya.