Jakarta (Antarasumsel.com) - Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Lembaga Ketahanan Nasional/Lemhannas (IKAL), Agum Gumelar merasa prihatin dengan kondisi bangsa karena benturan-benturan politik terjadi dalam pelaksaan Pilkada serentak.
"Kalau melihat kondisi saat ini kita prihatin. Kening kita mengkerut dengan kondisi bangsa ini, sikap intoleransi dan benturan-benturan terjadi dalam pelaksanaan Pilkada, khususnya Pilkada DKI Jakarta," kata Agum usai Pembukaan Rakernas I IKAL, di Gedung Lemhannas, Jakarta, Sabtu.
Terlebih, lanjut dia, saat ini sulit mengontrol media sosial yang sudah banyak disalahgunakan untuk kepentingan kelompok tertentu.
"Banyak sekali berita yang tidak benar (hoax) di media sosial yang patut diwaspadai karena akan menimbulkan keresahan dan perpecahan masyarakat Indonesia," tutur Agum.
IKAL pun mengajak semua elemen masyarakat untuk mewaspadai berita-berita hoax yang belum jelas kebenarannya dan dapat memecah persatuan bangsa.
"Jangan mudah percaya dan mudah menyebarkan isu yang belum jelas kebenarannya. Membunuh isu yang tidak benar itu dengan cara tidak perlu ditanggapi," kata Agum seraya mengajak masyarakat Indonesia untuk bersikap dewasa dalam berdemokrasi.
Dalam proses demokrasi ini, IKAL harus bersikap netral, tidak boleh ada anggota IKAL yang membawa institusi untuk mendukung salah satu kekuatan politik.
"Sebagai individu, anggota IKAL sama seperti masyarakat biasa, yaitu memiliki hak politik, memilih dan dipilih. Dalam melaksanakan haknya dalam pilkada, kami berikan kebebasan kepada anggota IKAL untuk memilih sesuai hati nuraninya. Bebas....silahkan," katanya.
Dalam pencoblosan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua dengan pasangan calon Basuki T Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, tambah Agum, dirinya memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk memilih salah satu pasangan calon tersebut.
"Tetapi, perbedaan memilih ini sifatnya sementara. Perbedaan memilih ini akan selesai, setelah pilkada selesai. Begitu pilkada selesai dan sudah diputuskan siapa yang menang, sudah tidak ada lagi perbedaan. Semua harus kembali bersatu. Hormati apa pun hasil keputusan pilkada. Itu artinya dewasa dalam berdemokrasi. Jangan sampai pilkada selesai, masih saja ribut," harap Agum.
Berita Terkait
Dokter: Sebagian besar kanker payudara tidak bergejala
Selasa, 19 Juli 2022 19:12 Wib
YKPI: Pengobatan herbal perparah kondisi pasien kanker payudara
Rabu, 10 Oktober 2018 10:22 Wib
Ratusan orang pesta berlumpuran cokelat
Senin, 12 Februari 2018 9:57 Wib
Banyak pertimbangan presiden pilih Moeldoko dan Agum
Rabu, 17 Januari 2018 16:50 Wib
Agum "curhat" soal PSSI Presiden Jokowi
Selasa, 15 Maret 2016 15:17 Wib
Harapan perempuan Indonesia untuk Presiden terpilih
Selasa, 27 Mei 2014 20:07 Wib
Menteri: Perempuan tujuh provinsi tak terwakili di DPR
Senin, 26 Mei 2014 17:16 Wib
Menteri: Kasus kekerasan dalam rumah tangga jadi perhatian
Kamis, 20 Februari 2014 14:13 Wib