Ogan Komering Ilir sediakan 10.000 hektare restorasi gambut

id gambut, lahan gambut, restorasi, iskandar

Ogan Komering Ilir sediakan 10.000 hektare restorasi gambut

Ilustrasi --- lahan gambut (Antarasumsel.com/ist/17)

Kayuagung (Antarasumsel.com) - Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, menyediakan lahan seluas 10.000 hektare untuk mendukung program restorasi gambut.

Bupati Ogan Komering Ilir (OKI) Iskandar di Kayuagung, Selasa, seusai mendampingi delegasi "Bonn Challenge" 2017 mengunjungi kebun plasma nuftah dan hutan buatan restorasi gambut di Desa Sepucuk, mengatakan, lahan tersebut siap dimanfaatkan untuk pembasahan, penanaman, dan revitalisasi (pemberdayaan masyarakat) sesuai program restorasi.

"Kabupaten OKI siap mendukung program restorasi, salah satunya siap menyediakan lahannya. Sejauh ini di OKI sudah ada demontrasi plot di Sepucuk yang dapat dijadikan lokasi riset dan lainnya terkait restorasi," kata Iskandar.

Lahan dan hutan gambut di OKI mengalami kerusakan parah akibat kebakaran hebat pada tahun 2015. Setidaknya terdapat 250 ribu hektare terbakar dari total 736.563 hektare luas lahan yang terbakar di lima kabupaten Sumatera Selatan.

Menurut Iskandar, dalam dua tahun setelah kejadian kebakaran hutan dan lahan 2015 itu, berbagai pihak berperan aktif dalam pemulihan lingkungan, di antaranya perusahaan perkebunan dan Badan Restorasi Gambut.

Badan Restorasi Gambut (BRG) menargetkan Sumsel dapat merestorasi 400.000 hektare lahan sejak 2016-2020.

"Ada kawasan yang pulih dengan sendirinya, seperti saat ini sudah ditumbuhi ilalang. Tapi ada pula yang belum pulih atau masih menjadi kawasan terdegradasi sehingga perlu campur tangan manusia," kata dia.

Terkait campur tangan manusia ini, pemkab mengharapkan peran dari perusahaan perkebunan untuk melakukan restorasi atas inisiasi sendiri.

Restorasi itu dapat dimulai di dalam lingkungan perkebunan sendiri yang sempat terbakar tahun 2015, atau merestorasi kawasan terdegradasi di dekat areal perkebunan.

"Para prinsipnya pemulihan lingkungan ini, tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri tapi harus bersama-sama. Dunia juga harus menyadari bahwa kerusakan yang terjadi di Indonesia sejatinya bukan menjadi tanggung jawab Indonesia saja, tapi menjadi tanggung jawab bersama," katanya.

Provinsi Sumsel sempat menarik perhatian dunia internasional pada 2015 karena terjadi kebakaran hutan dan lahan yang hebat dengan menghanguskan 736.563 hektare.

Pada 2016, Sumsel berhasil menekan kebakaran hutan dan lahan hingga 99,87 persen jika dibandingkan 2015 karena salah satunya telah menerapkan konsep "Green South Sumatera" yang mengandeng para multipihak.

Sementara itu, setelah melakukan "field trip", kegiatan Bonn Challenge akan dilanjutkan pada Rabu (10/5) dengan agenda rapat bersama para menteri lingkungan kawasan Asia Pasifik dan pejabat setingkat menteri dari 27 negara untuk membahas target restorasi lahan gambut seluas 150 juta hektare hingga 2020.