Sekolah lingkungan ajak masyarakat kelola sampah

id sampah, sekolah sampah, mahasiswa ipb, mengakibatkan pencemaran tanah, sampah plastik, organik

Sekolah lingkungan ajak masyarakat kelola sampah

Ilustrasi.(Antarasumsel.com/Feny Selly)

Bogor (Antarasumsel.com) - Lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menciptakan program Sekolah Lingkungan, yakni sarana edukasi bagi masyarakat dalam mengatasi persoalan sampah yang terus menumpuk menjadi acaman bagi kelestarian lingkungan.

"Program ini bermula dari keresahan tim melihat kondisi masyarakat Desa Ciaruteun, Kabupaten Bogor yang membuang sampah seenaknya di sungai dan tepi jurang," kata Lisa Aisa, satu dari lima mahasiswa IPB pencetus program Sekolah Lingkungan, di Bogor, Selasa.

Ia mengatakan, permasalah sampah sudah menjadi hal umum di Indonesia. Limbah sampah plastik maupun organik dibuang begitu saja sembarangan tempat sehingga menjadi persoalan lingkungan. Penumpukan sampah sembarangan di kawasan terbuka seperti sungai dapat mengakibatkan pencemaran tanah.

"Pencemaran air tanah ini berdampak ke saluran air tanah yang dapat menimbulkan bencana alam," katanya.

Bersama tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) IPB, Lisa bersama empat rekannya yakni Sulthon Arif Rakhman. difa Asmamillah, Desi Mutiara Fani dan Gilang Aji Perana, melakukan pengmatan kondisi sampah di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Lokasi desa berjarak sekitar delapan kilo meter dari Kampus IPB Dramaga. Melalui kegiatan PKMM yanb didanai tahun 2017, tim mahasiswa IPB melakukan pemberdayaan dan edukasi masyarakat tentang pengelolaan dan pemanfaatan sampah dengan cara mengolah sampah secara menarik melalui "Enviro School" yakni Rumah Edukasi Pemanfaatan Sampah, Mewujudkan Generasi Peduli Lingkungan.

"Program ini menyasar generasi muda di desa tersebut," katanya.  
Menurutnya, dari hasil kajian yang dilakukan masyarakat Desa Ciaruteun Ilir kesulitan membuang sampah karena belum terdediannya tempat sampah sementara.

"Warga pernah mengusulkan untuk pengadaan TPSS tetapi tidak mendapat tanggapan dari pemerintah daerah," katanya.

Ia menjelaskan, Evito Shcool adalah program yang memberikan pelajaran dan praktik tentang pengelolaan dan pemanfaatan sampah yang disusun dalam sebuah kurikulum.

Program tersebut menggunakan metode, belajar, memahami dan aksi tujuannya ketika peserta sudah mendengarkan dan berdikusi selanjutnya memahami dan terakhir melakukan tindakan serta perilaku mereka akan berubah.

Pelajaran yang diajarkan dalam kelas sesuai yang dijadwalkan. Pelajaran disampaikan melalui dua jenis kelas yakni kuliah dalam dan praktikum dalam ruangan. Kelas kuliah dilakukan menggunakan metode sosialisasi dan dukasi.

"Sedangkan dalam kelas praktikum dilakukan dengan metode pelatihan," katanya.

Ia menyampaikan, pelajaran untuk kelas kuliah adalah pengelolaan sampah yang terdiri dari materi 'pre class' atau sosialisai dan kontrqk belajar, 'first-class' yakni pengenalan manajemen sampah rumah tangga dan lingkungan sekitar serta 'game class' yakni pengenalanan jenis sampah melalui permainan "Pungut Sampahmu".

Untuk pelajaran kelas praktikum yakni pemanfaatan sampah yang terdiri dari materi "green class" (pendidia. Bank sampah dan pengelolaannya), "brown class" (pelatihan pembuatan pupuk kompos dari sampah organik rumah tangga), "white class" (pelatihan pemanfaatan sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang bernilai secara fungsi maupun ekonomi dan terakhir "enviroducation fair' (pemran produk dari sampah).

"Kegiatan ini berlangsung selama empat bulan pada bulan Maret sampai Juni 2017. Kami bermitra dengan Yayasan Gemmar, Majelis Taklim, Bank Sampah Srikandi Berdikari dan Desa Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor," kata Lisa.

Lisa menambahkan, untuk bahan pertimbangan, tim melalukan evaluasi dengan memberika. Kuisioner kepada peserta Enviro School untuk pengetahui perubahan pemahamannya, sikap maupun perilaku, sehingga lulusannya diharapkan mampu mengelola dan memanfaatkan sampah yang ada di desanya dengan benar dan kreatif.