Marsu'i "menyulap" kayu bekas jadi dolar

id ukiran kayu, industri kreatif, furnitur, khas Jepara, hiasan dinding, limbah kayu

Marsu'i "menyulap" kayu bekas jadi dolar

Ilustrasi - Industri mebel Jepara (ANTARA)

....Barang seni ini hanya digemari orang-orang tertentu dari artis dan warga negara asing....
Kota Jepara, Jawa Tengah, yang dikenal sebagai sentra ukir-ukiran kayu sejak lama ternyata menyimpan potensi industri kreatif lain berupa hiasan dinding berbahan kayu daur-ulang dan ember kaleng cat bekas yang bernilai jual tinggi dan berpotensi ekspor.

Kendati jumlahnya tidak banyak, kehadiran gerai yang menjual hiasan-hiasan dari bahan-bahan kayu dan kaleng daur ulang yang umum menghiasi interior kafe, restoran, dan hotel itu tampak menonjol di antara deretan toko-toko furnitur khas Jepara.

Di sepanjang Jalan Raya Soekarno Hatta Kota Jepara itu, misalnya, setidaknya ada satu gerai yang menonjol karena bagian depannya dipenuhi aneka produk hiasan dinding warna-warni dengan gambar dan kata-kata berbahasa Inggris yang menggelitik dan penuh makna.

Gerai tersebut bernama JM Antique Furniture. Di toko milik Marsu'i, pemuda berusia empat puluhan tahun asal Pamekasan, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, itu, para pengunjung tidak hanya menemukan ratusan produk tapi juga dapat melihat langsung proses pembuatannya.

Produk-produk dari bahan limbah kayu dan kaleng cat berukuran 25 kilogram yang bernilai jual tinggi berkat kreatifitas Marsu'i dan lima orang pekerjanya itu memenuhi seluruh dinding dan sudut, serta sebagian ruang lantai gerainya.

Tak sulit menemukan hiasan-hiasan kayu berlatarbelakang potret wajah sejumlah tokoh seperti MarilyN Monroe, aktris kenamaan Amerika Serikat kelahiran 1 Juni 1936 yang meninggal di usia yang relatif muda, atau wajah aktor komedi Inggris Charlie Chaplin.

Bagi para penyuka tokoh revolusi dan mobil legendaris Jerman, mereka pun dimanjakan dengan papan wajah Che Guevara, tokoh bernama lengkap Ernesto Guevara Lynch de La Serna, dan Volkswagen tipe 2 atau yang lebih dikenal dengan VW Kombi.

Tak hanya berlatar belakang wajah para seniman serta beberapa jenis kendaraan roda dua dan empat ternama dunia, produk-produk hasil karya kreatif berbahan potongan-potongan kayu serta ember kaleng cat dan penutupnya tersebut juga dilengkapi kata-kata.

Di antara frasa dan kata menarik dalam bahasa Inggris yang ditulis di atas potongan-potongan kayu yang disusun menjadi papan berbentuk persegi panjang maupun selancar itu adalah "Good Night, Sleep Tight, Sweet Dream, I Love You".

Ada juga frasa dan kata seperti "Welcome Home", "Keep Calm and Drink Coffee", dan "Home Sweet Home" yang menghiasi kanvas berupa papan kayu dan ember cat kaleng bekas berlatar belakang warna putih, kuning-putih, dan hijau.

Para penyuka hiasan dinding model telepon khas Kota London, Inggris, pun dapat menemukan produk itu di toko milik pemuda Madura yang akrab disapa para pembeli asingnya dengan panggilan "Jhony" ini.

Marsu'i mengatakan hiasan berbentuk model pintu bilik telepon khas Kota London berukuran sekitar 35 kali 45 centimeter dengan latar belakang cat merah ini termasuk di antara produk-produk yang laku keras di tokonya.

"Kalau dulu, barang-barang seni ini hanya digemari orang-orang tertentu dari artis dan warga negara asing, kini para pembeli produk seni ini juga datang dari kalangan umum seperti pengelola resto, kafe, hotel, dan orang-orang umum seperti bapak," katanya.

Ayah dua anak ini mengatakan dia hanya menjual produk-produk seni buatannya itu di dua toko miliknya, yakni JM Antique di Jalan Raya Soekarno Hatta KM 5,5 Tahunan-Jepara (Bok Kuning) dan gerainya yang tak jauh dari kantor pajak dan Klinik Sulis Medica, Jepara.

Kendati sama sekali tak mengandalkan jejaring Internet untuk mendukung pemasaran produknya, para pembeli barang-barang buatan bengkel seninya yang berada di bagian belakang ruang utama gerainya di Jalan Raya Soekarno Hatta itu selalu ramai.

Bahkan, banyak di antara para pembeli produknya yang mengandalkan strategi pasar dari mulut ke mulut dari mereka yang pernah membeli di gerainya itu adalah warga negara asing yang mengaku membelinya untuk dijual kembali di negara asalnya.

Di antara para pedagang asing tersebut berasal dari China, India, Italia, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Uni Emirat Arab. Mereka umumnya memesan di atas 100 buah dengan harga jual per buahnya Rp125.000.

"Kemarin ada warga negara China yang pesan dua ratusan buah. Baru-baru ini, warga negara India juga pesan dua ratus hiasan dinding buatan saya. Per buahnya, saya hargai Rp125 ribu. Saya tak tahu dia mau jual berapa di negaranya," kata Marsu'i.

Menimbang kepentingan bisnis sejumlah pelanggannya itu, Marsu'i memutuskan untuk tidak menggunakan strategi pemasaran berbasis Internet supaya para pembelinya tersebut masih bisa leluasa untuk memutuskan harga jual sesuai dengan kondisi pasar di negaranya.

Namun, mereka itu harus mengambil sendiri barang-barang pesanan mereka. "Pengambilan dan pengiriman semua barang yang dipesan itu merupakan urusan mereka. Lebih baik saya jual murah ke mereka tapi mereka mengambil sendiri barang-barangnya," kata Marsu'i.

Marsu'i tak membatasi mutu layanannya yang prima hanya kepada para pelanggan potensial seperti para pedagang asing tersebut. Dia pun terlihat ramah dan sabar dalam melayani orang-orang Indonesia yang menjadi pembeli perorangan di gerainya.

"Ini berapa ya harganya. Kalau ini berapa ya?" tanya seorang pembeli. Dengan sabar dan telaten, Marsu'i menjelaskan bahwa hiasan dinding kayu berukuran sedang itu dijual Rp50 ribu sedangkan yang lebih besar Rp100 ribu.  

Bisnis yang baru digelutinya selama satu setengah tahun di Jepara itu merupakan buah dari ketekunan dan kenekatannya untuk mencoba usaha yang tidak umum di kota yang sudah sejak lama menjadi ikon industri kreatif berbasis ukir-ukiran kayu tersebut.

Keahliannya "menyulap" limbah kayu dan ember cat kaleng yang materi dasarnya hanya dihargai Rp5.000 per buah menjadi hiasan-hiasan interior ruangan bernilai jual ratusan ribu rupiah itu diperolehnya dari pengalamannya menjadi pekerja di Bali.

Setelah merasa cukup bekerja di beberapa galeri produk sejenis di Bali selama sekitar delapan tahun sejak 1998, dia memutuskan untuk meninggalkan Pulau Dewata itu untuk kemudian hijrah ke Jepara dan membangun sendiri usahanya yang dia beri JM Antique ini.

Untuk membangun basis usahanya agar dapat bertahan di tengah persaingan bisnis yang tak mudah, Marsu'i lalu melatih sejumlah pemuda asal Madura untuk bekerja langsung dengannya di bengkel galerinya di Jepara.

Dia pun melatih dan mempekerjakan beberapa pelajar di daerah asalnya, Madura, yang mau mendapat upah dari kerja mereka membantunya memenuhi target pesanan para pelanggan asingnya.

"Terus terang saya kewalahan menerima pesanan padahal saya memasarkan produk seni saya ini tidak melalui Internet," kata pemuda yang akrab disapa Jhony oleh para pelanggan asingnya ini.

Untuk memenuhi target pesanan yang terus datang itu, Mar'sui mengatakan dia dan kelima orang pekerjanya bisa menyelesaikan 29 produk per hari kalau bahannya sudah lengkap dan tinggal menggambar saja.

Bisnisnya baru berjalan satu setengah tahun terakhir namun Marsu'i yakin usianya akan langgeng berkat etos kerja keras dan upayanya yang tiada henti untuk memperluas jejaring pasar dan menjaga reputasi

"Terlebih lagi stok bahan baku berlimpah dan bisa didapat berapa pun yang kita perlukan," kata pengusaha yang tumbuh dari kalangan pekerja ini optimistis akan masa depan usaha kecilnya itu.